PR TASIKMALAYA - Ribuan pengunjuk rasa anti-pemerintah mengambil alih persimpangan utama di Kota Bangkok pada hari Minggu, 18 Oktober 2020.
Mereka melanggar larangan protes di hari keempat unjuk rasa dengan meneriakkan "turun bersama kediktatoran" dan "reformasi monarki."
Dilansir oleh PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Aljazeera, Perdana Menteri Thailand, Prayuth Chan-ocha, yang merupakan target untuk digulingkan oleh para demonstran, diwakili oleh juru bicaranya mengungkapkan bahwa pemerintah ingin berdiskusi karena merasa khawatir dengan menyebarnya aksi protes.
Baca Juga: Diperlukan Pelatihan Khusus untuk Nakes Vaksin Covid-19, Jokowi: Jangan Anggap Enteng, ini Tak Mudah
Demonstrasi terus berlanjut meskipun puluhan pengunjuk rasa dan pemimpin mereka telah ditangkap.
Petugas polisi menembakkan meriam air serta menutup sebagian besar sistem kereta metro Bangkok dalam upaya mengakhiri aksi jalanan selama lebih dari tiga bulan.
“Bebaskan teman-teman kami!” teriak para pengunjuk rasa saat mereka berdiri di tengah hujan di sekitar Monumen Kemenangan Bangkok dengan mengenakan ponco plastik warna-warni dan payung.
Beberapa pengunjuk rasa mengangkat foto para pemimpin pergerakan yang telah ditahan.
Baca Juga: Tak Seperti UU Cipta Kerja yang Didemo, Jokowi Minta Vaksin Covid-19 Tidak Tergesa-gesa