Para Peneliti Ungkap Enam Jenis Virus Corona Baru yang Ditemukan dalam Tubuh Kelelawar

14 April 2020, 14:00 WIB
KELELAWAR di Myanmar mengandung enam jenis virus corona baru //Shuttershock/Fox News

PIKIRAN RAKYAT- Kemunculan pandemi virus corona di Tiongkok, sering dikaitkan dengan kebiasaan warganya mengonsumsi hewan primata seperti ular, kelelawar, dan kura-kura. Kabar itu menyeruak seiring dengan maraknya penyebaran virus corona di dunia.

Seperti dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs New York Post, ilmuwan asal Amerika Serikat menduga, hal yang sama terkait virus corona berasal dari hewan primata yang sengaja dijajakan Pasar Tiongkok, seperti kelelawar, ular, tikus dan trenggiling.

Ilmuwan menyebut, struktur molekul virus corona secara keseluruhan sangat mirip dengan virus yang ditemukan pada hewan ini. Bahkan para peneliti tengah mengkaji semua hewan primata tersebut, terutama kelelawar.

Baca Juga: Jadi Tumpuan Industri Nasional, Pemprov Jabar Minta Perusahaan Adakan Rapid Test Mandiri

Kini, para peneliti menemukan enam virus corona atau SARS-CoV-2 pada kelelawar yang berbasis di Myanmar.

Penelitian terkait ditemukannya enam jenis virus corona lain dalam tubuh kelelawar itu, bermula saat para peneliti mengumpulkan lebih dari 750 sampel air liur dan feses dari 464 kelelawar dari 11 spesies berbeda.

Virus-virus baru ditemukan pada tiga spesies, yaitu kelelawar rumah kuning Asia yang lebih besar, kelelawar berekor bebas keriput, dan kelelawar berhidung daun atau Horsfield.

Baca Juga: Jadi Tumpuan Industri Nasional, Pemprov Jabar Minta Perusahaan Adakan Rapid Test Mandiri

Menurut Live Science, keenam virus corona yang diberi nama baru, antara lain PREDICT-CoV-90 (ditemukan di kelelawar rumah kuning Asia), PREDICT-CoV-47 dan PREDICT-CoV-82 (ditemukan di kelelawar berekor bebas berbibir keriting), dan PREDICT-CoV-92, -93 dan -96, yang ditemukan di kelelawar berhidung daun.

Berdasarkan penelitian ini, dipercayai bahwa ribuan virus corona jenis lain mungkin banyak ditemukan pada jenis kelelawar selain pada 11 jenis kelelawar tadi.

Di sisi lain, peneliti mengungkap, meskipun banyak virus corona yang mungkin tidak menimbulkan risiko bagi manusia, tetapi ketika diidentifikasi penyakit ini sejak dini pada hewan, di sumbernya, peneliti memiliki peluang berharga untuk menyelidiki potensi ancaman bagi manusia.

Baca Juga: Cek Fakta: Berlakukan PSBB, Benarkah Kendaraan Dilarang Masuk ke Depok?

Lebih lanjut, Suzan Murray menambahkan, penelitian dan pendidikan merupakan cara terbaik yang dimilki guna mencegah pandemi sebelum terjadi dan merebak seperti Covid-19 sekarang ini.

Studi tambahan nantinya juga akan diperlukan guna menentukan apakah virus corona yang baru ditemukan ini memiliki potensi penularan lintas spesies untuk lebih memahami risiko terhadap kesehatan manusia.

Sebagaimana yang telah dipublikasikan Plus One, mencatat bahwa virus pada kelelawar itu telah ditemukan sejak 2016 dan 2018 lalu.

Baca Juga: Bertambah Satu, Pasien Positif Covid-19 di Kota Tasikmalaya Genap Satu Lusin

Namun tidak diyakini terkait dengan SARS-CoV-2, sindrom pernapasan akut (SARS), atau sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), yang semuanya berasal dari hewan ke manusia.

Sementara itu, peneliti sekaligus mantan dokter hewan di Program Kesehatan Global Smithsonian, Marc Valitutto menyebutkan, pandemi virus mengingatkan kita betapa berkaitannya kesehatan manusia dengan satwa liar dan lingkungan.

Bahkan, di seluruh dunia interaksi antar manusia dan satwa liar memiliki frekuensi yang cukup tinggi, sehingga manusia dituntut untuk lebih memahami tentang virus yang bersemayam di tubuh hewan.

Baca Juga: Puncak Pandemi Covid-19 Diprediksi saat H-7 Lebaran, Dinkes Tasikmalaya Lakukan Persiapan

Serta kemungkinan-kemungkinan lainnya, seperti dapatkah virus itu bermutasi dan menyebar ke spesies lain, yang bukan termasuk golongannya, manusia. Sehingga kita akan semakin waspada dengan adanya potensi penyebaran virus dari primata atau hewan lain.

Sementara itu, dilansir laman independent Worl Meters, penyebaran virus corona begitu masif, hingga menelan angka kematian lebih dari 100 ribu dari sebanyak 1,9 juta orang telah terinfeksi per Selasa, 14 April 2020.

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: New York Post World Meter

Tags

Terkini

Terpopuler