Tembus 22 Ribu, AS Rajai Jumlah Kematian Akibat Covid-19 Lampaui Italia dan Spanyol

13 April 2020, 13:45 WIB
PENELITIAN virus corona di Laboratorium Virologi Wuhan sempat dibiayai oleh Amerika Serikat dengan dana hibah sebesar Rp 58 miliar.* /pixabay

PIKIRAN RAKYAT- Italia hampir tiga pekan menempati posisi pertama jumlah kematian terbanyak di dunia, setelah menggeser posisi Spanyol dan mengalahkan Amerika Serikat, negara dengan jumlah terinfeksi paling banyak.

Namun, dilansir PikiranRakyat-Tasiklmalaya.com dari situs Reuters, kini Italia melaporkan penurunan jumlah kematian pada Minggu, 12 April 2020 kemarin, lebih rendah dari 619 kematian yang dilaporkan sehari sebelumnya.

Tak hanya itu, negara spagheti ini juga melaporkan penurunan kasus baru menjadi 4.092 dari sebelumnya 4.696 jiwa.

Baca Juga: Bantu Persalinan Darurat di Dalam Mobil Patroli, Dua Polisi Tasikmalaya Dapat Penghargaan

Diketahui, jumlah kematian tersebut merupakan yang terendah sejak 19 Maret 2020 lalu, dan menjadikan Italia kini berada di posisi kedua jumlah kematian tebanyak dan posisi ketiga jumlah terinfeksi paling banyak didunia.

Sedangkan Amerika Serikat yang telah diprediksi mengalami lonjakan tertinggi jumlah terinfeksi dan kematian selama dua pekan kebelakang, kembali mengungguli Italia dan Spanyol.

Ketiga negara ini kini mencetak angka penurunan dan kenaikan yang cukup signifikan selama dua pekan terakhir, setelah semua Spanyol menggeser AS dalam akumulasi jumlah kematian akibat Covid-19. Namun Amerika Serikat kembali mengungguli daftar tertinggi angka kematian.

Baca Juga: Ada 7 Jenis Bantuan yang Bisa Didapat Warga Jabar saat PSBB Berlaku, Berikut Rinciannya

Sementara itu, dikutip dari situs World Meters, Italia yang dikabarkan telah melaporkan penurunan jumlah kematian, berada di posisi ketiga dengan jumlah kematian 19.899 jiwa dari 156.363 yang telah terinfeksi.

Kemudian, Spanyol semula berada di urutan ketiga, tak berselang lama menggeser Italia dengan jumlah kematian 17.209 jiwa dari 166.831 yang telah terinfeksi.

Lebih lanjut, Amerika Serikat yang kokoh berada di urutan pertama selama akhir Maret hingga awal April ini, melaporkan lonjakan jumlah terinfeksi per, Senin 13 April 2020 sebanyak 133 orang, menjadi 560.433 orang, diantaranya sebanyak 22.115 orang telah meregang nyawa.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah 3.000 Pasien Virus Corona di Italia Sengaja Dibunuh oleh Dokter?

Sebagai negara adi daya, Amerika Serikat terus berjuang melawan virus ini dengan ragam kebiajakan yang tengah dijalankan pemerintah, meskipun semula Presiden Trump, tidak pernah menyetuji pengajuan lockdown atau pembatasan wilayah pada Februari lalu, namun kini Trump menyadari kesalahannya dan mulai bekerja sama menuruti semua arahan otoritas kesehatan.

Terbilang telat, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terus berupaya mendanai semua jenis penelitian terkait vaksin atau obat paling efektif guna menyembuhkan terinfeksi Covid-19 di AS.

Dalam masa penelitian ini, beberapa universitas terkemuka di AS, sempat merekomendasikan sebuah obat yang kemudain Trump gunakan sebagai obat anjuran bagi seluruh rumah sakit di AS.

Baca Juga: Sebut Sebaran Virus Corona di Bandung Raya Sudah Luas, Ridwan Kamil: Sudah Harus PSBB

Tak hanya itu, Trump juga terus mengusut rumah sakit yang kedapatan menimbun alat ventilator untuk terinfeksi, sehingga menyebabkan banyak korban jiwa tak tertolong di AS.

Meski demikian, pemerintah AS telah berupaya penuh mengatasi masa-masa sulit yang paling menyakitkan ini, New York sebagai negara bagian dengan jumlah terinfeksi dan kematian paling banyak juga telah meningkatkan status kewaspadaan nya melalui rilisa dari Gubernur AS, Andrew Cuomo.

Sementara itu, Italia yang kini dapat bernapas lega, akibat kasus kematian mengalami penurunan, harus mengakui bahwa wabah ini telah elah memengaruhi banyak sektor kehidupan di Italia.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Indonesia Sudah Memproduksi Obat Virus Corona?

Salah satunya adalah sektor olahraga. Di cabang sepak bola, kompetisi sepak bola Serie A termasuk yang diminati publik di Italia maupun dunia. Para pengelola klub-klub telah menyepakati melakukan pemotongan gaji para pemain dan pelatih sepak bola di Italia.

Meskipun pertimbangan atas pemotongan itu telah disepakati bersama guna menjaga kestabilan klub-klub di tengah minimnya pemasukan akibat terhentinya untuk sementara pertandingan, namun keadaan ini merupakan sebuah pukulan bagi persepabolaan dunia.

Mengingat, pemasukan atau pendapatan klub dari penjualan tiket tak bisa diharapkan. Direncanakan pemotongan gaji pemain sepak bola yang berlaga di kompetisi Serie A berlangsung hingga Juni.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Tasikmalaya Senin 13 April 2020: Jatiwaras dan Mangkubumi Hujan Lokal

Berbeda dengan Spanyol yang masih bergelut dengan jumlah kematian diakibatkan para lansia, kini tengah gencar menerapkan kebijakan prioritas untuk para lansia, terutama yang berada dalam penanganan panti jompo pemerintahan Spanyol.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: REUTERS World Meter

Tags

Terkini

Terpopuler