Ancaman Kelaparan di Lebanon, Menlu Inggris: Para Pemimpinnya Harus Segera Bertindak

4 Desember 2020, 07:15 WIB
Menteri Luar Negeri Inggris untuk Timur Tengah James Cleverly. //Instagram//@jamescleverly

PR TASIKMALAYA – Menteri Inggris mengingatkan bahwa Lebanon berada di ambang ketidakmampuan untuk menghidupi dirinya sendiri.

Hal itu disampaikan pada Kamis, 3 Desember 2020, karena krisis keuangan negara itu meningkatkan kemiskinan dan inflasi.

James Cleverly, Menteri Luar Negeri (Menlu) untuk Timur Tengah, menyebutnya sebagai “masalah buatan manusia yang bisa dicegah”.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Tasikmalaya Hari Ini, 4 Desember 2020: Turun Hujan Sedang di Sore Hari

Dia ikut dengan banyak yang lainnya yang telah menyalahkan elit penguasa Lebanon karena gagal memetakan jalan keluar dari krisis.

Sejak tahun lalu, kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya telah menghancurkan mata uang dan menghapus pekerjaan.

Foto-foto orang yang mengobrak-abrik tempat sampah atau menjual barang-barang mereka secara online untuk mendapatkan makanan telah beredar luas dalam beberapa bulan terakhir.

Lonjakan Covid-19 dan ledakan pelabuhan besar-besaran yang menewaskan sekitar 200 orang pada Agustus 2020 telah menambah kesengsaraan mereka.

Baca Juga: 8 Drama Korea Baru yang Akan Mengisi Akhir Tahun 2020, Salah Satunya True Beauty

“Bahaya paling mendesak adalah risiko keamanan pangan: Lebanon di ambang ketidakmampuan untuk menghidupi dirinya sendiri,” kata Cleverly, dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Reuters.

“Empat bulan setelah ledakan, Lebanon terancam tsunami yang sunyi. Para pemimpin Lebanon harus bertindak,” sambungnya.

Berkomentar tentang berakhirnya subsidi, yang telah menghabiskan cadangan mata uang asing yang kritis. telah menimbulkan kekhawatiran akan kekurangan.

Lebanon melakukan banyak impor, termasuk sebagian besar konsumsi gandum domestiknya dan hanya mampu memproduksi sedikit.

Baca Juga: Ikuti Rekomendasi WHO, Komite Narkotika PBB Hapus Ganja dari Obat Paling Berbahaya di Dunia

Gubernur Riad Salameh mengatakan pada Selasa, 1 Desember 2020, bahwa Bank sentral dan pemerintah Lebanon saling menyalahkan atas krisis tersebut.

Bank hanya dapat mempertahankan subsidi dasar selama dua bulan lagi dan negara harus membuat rencana.

Perdana Menteri sementara Hassan Diab mengatakan mencabut subsidi untuk barang-barang vital tanpa membantu orang miskin dapat menyebabkan ledakan sosial.

James Cleverly mengatakan bahwa kebijakan untuk penghentian subsidi akan memperburuk keadaan.

Baca Juga: Ustaz Maheer Ditangkap, Sahroni : Kalau Ulama Diam Lalu Ditindak Polisi, Itu Namanya Kriminalisasi

“Saya mengulangi seruan saya kepada para pemimpin Lebanon untuk melakukan apa yang dibutuhkan dan mewujudkan reformasi. Alternatifnya akan mengerikan,” ujarnya.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler