Zaman Sudah Canggih, Bangun Kesadaran Soal Kesehatan Mental Bisa Lewat Teknologi dan Konten Digital

- 10 Oktober 2020, 20:10 WIB
Ilustrasi teknologi.
Ilustrasi teknologi. //Pixabay/ JaneMarySnyder/

PR TASIKMALAYA – Oktober menjadi bulan untuk memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia.

10 Oktober 1992 World Federation for Mental Health meresmikan hari kemarin sebagai World Mental Healthy Day.

Dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kepedulian dan meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap Kesehatan mental.

Baca Juga: Pentingnya Peran Orang Tua dalam Proses Tumbuh Kembang Anak, Berikut Penjelasannya

Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memudahkan orang-orang untuk mengakses mengenai kesehatan jiwa, termasuk orang-orang yang peduli dan ingin memberikan ilmu dan waktu yang mereka dapat melalui cara yang sama.

Salah satu kanal Youtube yang selalu membahas mengenai kesehatan jiwa adalah kanal ‘Menjadi Manusia’.  

Perjalanan hidup salah satu pendirinya, Rhaka Ghanisatria yang memiliki Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas (ADHD) yang kemudian menjadi awal terbentuknya Menjadi Manusia.

Baca Juga: Akibat Tindakan Anarkis Demonstran yang Tolak UU Ciptaker, Puluhan Aparat Dirawat di RS Polri

Bersama dengan Adam Abednego dan Levina Purnamadewi, mereka mendapat ide untuk berbagi cerita dan membantu khalayak luas, serta orang-orang yang selalu dipandang sebelah mata oleh masyarakat umum untuk pada akhirnya mau mulai bercerita, berbagi pengalaman mengenai perjuangan mereka menangani dan menjaga kesehatan mental.

Menurut mereka menjaga kesehatan mental tidak hanya seputar penyakit mental, tetapi juga lebih sadar terhadap emosi yang sedang dialami, dan bagaimana mengekspresikan dan mengelola emosi tersebut lebih baik.

Mereka juga tidak mencari orang untuk bercerita, tetapi memberikan kebebasan untuk siapapun yang ingin bercerita dengan sendirinya, karena mereka percaya seseorang yang berbagi kisahnya itu perlu untuk berdamai dengan apa yang sedang atau telah dihadapinya.

Baca Juga: Luruskan Hoax UU Ciptaker, Jokowi: Saya Tegaskan Semua ini Tidak Benar

Selain berdamai dengan kisahnya, ada keinginan agar ceritanya tersebut dapat membuat orang lain belajar dari apa yang mereka telah hadapi dan tidak merasa sendirian.

Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Antara, dr Gina Anindyajati seorang Psikiater Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) juga memberikan pendapatnya.

Menurut Gina teknologi saat ini bukan hanya menambah alternatif untuk mengakses pengetahuan dan kesadaran akan kesehatan mental, tetapi juga memiliki peran penting terutama di masa pandemi saat ini.

Baca Juga: Tidak akan Dibebaskan dari Tugas Pemerintah, BTS akan Tetap Jalani Wamil

Gina juga menambahkan konten digital termasuk video, seminar daring, hingga praktik telepsikiatri dan telekonseling merupakan sebuah solusi yang kian diminati untuk mengenali diri sendiri di masa ini.

Meskipun masih banyak pertimbangan untuk menjalankan praktik tersebut, terlebih dari kesiapan sumber daya dan juga untuk kalangan tertentu teknologi adalah hal yang tidak terjangkau, namun telepsikiatri dan konsultasi secara daring juga dapat menjadi salah satu solusi untuk memastikan orang yang membutuhkan tetap terlayani, serta meminimalkan risiko terpapar Covid-19.

Director of Mental Health and Substance Use Department WHO, Devora Kestel juga mengatakan Kampanye global yang dilakukan melalui teknologi juga bisa menjadi salah satu alternatif bagi sebagian orang yang tidak memiliki akses terhadap dukungan kesehatan mental yang tepat dan sesuai.

Baca Juga: Concern pada Masalah Krisis Kelaparan, Program Pangan Dunia PBB Berhasil Raih Nobel Perdamaian 2020 

Melalui peran teknologi yang semakin erat dengan aktivitas sehari-hari, serta kian meningkatnya kesadaran publik terhadap kesehatan jiwa, diharapkan menjadi sebuah awal yang baik untuk menentukan sikap mencari bantuan.***

Editor: Rahmi Nurlatifah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x