LPPM IPB: Lebih Teliti dalam Konsumsi Tanaman Obat karena Tidak Semua Aman

30 Oktober 2020, 13:20 WIB
ILUSTRASI tanaman obat KINA.* /Pixabay

PR TASIKMALAYA – Dr. Mohammad Rafi peneliti di Pusat Studi Biofarmaka Tropika, Lembaga Penelitian Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) Unversity mengatakan bahwa tidak semua tanaman obat itu aman dikonsumsi.

"Dibutuhkan penanganan dan tindakan dalam memanfaatkan senyawa-senyawa kimia yang terdapat pada tanaman-tanaman tersebut," kata Rafi sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com, Jumat 30 Oktober 2020 dari Antara.

Pada tumbuhan, kata dia, terdapat komponen kimia yang berperan penting dalam menghasilkan reaksi biologi sebagai suatu komposisi yang aktif.

Baca Juga: Jimly Asshiddiqie: Indonesia Sedang Diperebutkan Oleh Negara-Negara yang Bersiap Untuk Perang Dunia

Komposisi tersebut kompleks dengan variasi konsentrasi dan belum diketahui total senyawa yang terkandung di dalamnya.

"Meskipun merupakan komoditas yang sama menjadi pendorong dibutuhkannya standarisasi bahan baku," kata Rafi.

Indonesia sebagai negara dengan iklim tropis, ujarnya, memang memiliki salah satu keunggulan diantaranya ialah kekayaan biodiversitas tanaman herbal yang dapat digunakan sebagai obat. Namun, tidak semua tanaman obat aman dikonsumsi.

Menurutnya, ada sederetan problem yang saat ini dihadapi dalam standarisasi obat.

Baca Juga: Baru Melahirkan 22 Hari Sebelumnya, Istri Pejuang Azerbaijan Tewas Akibat Serangan Bom dari Armenia

Mulai dari bahan baku, pemalsuan bahan kimia obat atau tumbuhan lainnya yang mirip, kesalahpahaman bahwa obat herbal pasti aman, serta produk dengan kualitas rendah.

Masalah lainnya dalam standarisasi obat ialah tidak diketahuinya tingkat toksisitas atau racun.

Interaksi dengan obat herbal atau kimia lainnya, penggunaan obat herbal untuk hasil indikasi yang berbeda, dosis yang tidak tepat, serta berpeluangnya menggunakan tumbuhan obat yang salah.

"Singkatnya, standarisasi atau kendali mutu tumbuhan obat dan produknya sangat diperlukan," kata Rafi.

Ia menjelaskan metode kendali mutu tumbuhan obat yaitu dengan menggunakan metode fingerprint analysis, profilling analysis, dan targeted analysis.

Baca Juga: Hoaks atau Fakta: Benarkah Terdapat Minuman Keras yang Memiliki Label Halal?

Yang paling sering digunakan ialah targeted analysis.

Terakhir, Dr Rafi mengatakan standarisasi menjadi bagian penting dalam menghasilkan obat herbal yang konsisten khasiat, kualitas dan keamanannya.

Konsep dalam standarisasi obat herbal Indonesia perlu dikembangkan menyesuaikan karakteristik yang ada di Indonesia.

Baca Juga: Tanggapi Sikap Presiden Prancis pada Umat Islam, Menag: Hina Simbol Agama Adalah Tindakan Kriminal

"Perlu bagi stakeholder memikirkan bagaimana menstandarkan agar khasiat dan keamanannya terjamin dengan baik," kata Rafi.***

Editor: Tita Salsabila

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler