Temuan Baru: Penelitian Teranyar Nyatakan Perubahan Iklim Berpengaruh pada Penyusutan Otak

19 Juli 2023, 20:59 WIB
Foto Ilustrasi penelitian terbaru nyatakan adanya korelasi antara penyusutan otak dengan perubahan iklim. / Pixabay/Cuncon

PR TASIKMALAYA - Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang Ilmuwan asal Amerika Serikat, dari Natural History Museum, California, Jeff Morgan Stiebel menyatakan sebuah temuan baru dalam tubuh manusia.

Temuan tersebut menyatakan bahwa terkandung sebuah hubungan sebab akibat antara penyusutan otak manusia dengan perubahan iklim di masa lampau.

Dalam penelitiannya, Jeff membuat sebuah gambaran bagaimana otak manusia berkembang dan beradaptasi dalam merespon keadaan lingkungan di sekitarnya.

Di mana ia juga menyatakan bahwa dengan adanya tren pemanasan global, manusia perlu memperhatikan perubahan yang terjadi.

Baca Juga: Selain Terlibat Penistaan Agama, Kini Panji Gumilang Dilaporkan Atas Dugaan Penyalahgunaan Zakat

"Mengingat tren pemanasan global, sangat penting untuk memahami dampak perubahan iklim. Bila ada, pada ukuran otak manusia dan pada akhirnya perilaku manusia," ucap Jeff sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari laman Express.

Penelitian Jeff tersebut pada dasarnya mempelajari terkait ukuran otak manusia. Di mana dari 298 spesimen otak manusia terus berubah selama lebih dari 5.000 tahun.

Hal itu juga ternyata menurut Jeff berkaitan dengan kelembaban, suhu global, dan curah hujan.

Baca Juga: Preview Lengkap dan Prediksi See You in My 19th Life Episode 11: Ji Eum Mulai Membenci Seo Ha?

Di sisi lain, ia menambahkan dalam temuannya bahwa rata-rata ukuran otak manusia akan jadi lebih kecil saat suhu sedang berada dalam keadaan panas, sedangkan dalam keadaan yang lebih dingin ukuran otak manusia akan jadi lebih besar.

Atas hal ini, kajian Jeff yang telah lama ditelitinya mengenai penyusutan otak manusia tersebut kemudian memantiknya untuk melakukan studi terbaru mengenai akar penyebabnya.

Selain itu, garapan studi terbarunya didasari oleh anggapannya pada pentingnya mengetahui perubahan otak manusia dari waktu ke waktu pada sebuah hominin. Terlebih, menurut Jeff sangat sedikit orang atau ilmuwan yang meneliti terkait hal itu.

Baca Juga: Viral Sopir dan Kernet Bus Dihukum Squat Jump-Push Up oleh TNI, Begini Komentar Lucu Netizen

Lebih lanjut, Jeff juga menyatakan bahwa manusia selama ini hanya mengetahui soal pertumbuhan otak pada seluruh spesies. Namun, di sisi lain manusia tak banyak mengetahui mengenai makroevolusi lainnya.

"Kita tahu bahwa otak telah tumbuh pada seluruh spesies selama beberapa juta tahun terakhir, namun kita hanya tahu sedikit tentang tren makroevolusi lainnya," ucapnya menambahkan.

Dalam temuannya, dia memperoleh sebuah data yang menunjukan ukuran tengkorak dari 10 sumber terpisah yang sudah ada dan dipublikasikan sebelumnya.

Di dalamnya terdapat rincian 373 pengukuran dari 298 tulang manusia yang berlangsung selama 5.000 tahun.

Baca Juga: Kapan Sabo Muncul di One Piece?

Dirinya juga membedakan sampel perkiraan tubuh untuk mengetahui ukuran otak manusia, dengan disesuaikan pada wilayah geografis serta jenis kelamin.

Adapun fosil yang digunakan dalam penelitiannya Jeff menggunakan 4 rentang tahun usia fosil. Di antaranya fosil 100 tahun, fosil 5.000 tahun, fosil 10.000 tahun, dan fosil 15.000 tahun.

Hal itu dilakukannya dengan tujuan menghindari kesalahan perkiraan penanggalan.

Selain itu, penelitiannya terus disusunnya dengan lengkap. Salah satunya, Jeff juga menggunakan perbandingan iklim di dalamnya. Dia dalam penelitiannya membandingkan ukuran otak manusia sesuai dengan empat iklim yang ada.

Baca Juga: Tes IQ: Begadang Nonton King the Land, Gadis ini Kesiangan Sekolah! Temukan Bedanya dalam 20 Detik

Dalam temuannya, Jeff menemukan fakta bahwa pada kurun waktu 50.000 tahun terakhir, manusia telah mengalami fenomena Glasial Maksimum Terakhir. Hal tersebut menyebabkan suhu rata-rata menjadi lebih dingin dengan konsisten.

Bahkan menurut temuannya, konsistensi suhu yang dingin tersebut sampai ke penghujung Zaman Pleistosen Akhir. Sebelum kemudian, di Zaman Holosen suhu rata-rata naik hingga hingga abad ini.

Melalui analisisnya, ukuran otak terus mengalami perubahan seiring adanya perubahan suhu dan iklim. Terbukti pada periode Zaman Holosen di masa pemanasannya, rata-rata penyusutan otak terjadi hingga lebih 10,7 persen.

Baca Juga: Fakta atau Hoaks? Prabowo Mengundurkan Diri sebagai Capres di Pemilu 2024

Bahkan menurut Jeff, perubahan ukuran otak manusia itu diperkirakan telah terjadi jauh sejak 17.000 tahun yang lalu. Hal itu dimulai ketika selesainya Zaman Glasial Maksimum Terakhir.

Secara mengejutkan, perubahan yang terjadi pada ukuran otak manusia yang berkorelasi dengan perubahan iklim ini menurut Jeff justru berlangsung dalam periode yang relatif singkat. Di mana hal ini terjadi di rentang tahun antara 5.000 hingga 17.000 tahun.

Kemudian, dia juga menyimpulkan dari temuannya bahwa tren dari pemanasan global yang berkorelasi dengan penyusutan otak ini sangat berdampak buruk bagi kognisi manusia.***

Editor: Wulandari Noor

Sumber: Express

Tags

Terkini

Terpopuler