Alami Ketindihan saat Tidur? Simak Penjelasan Sleep Paralysis dan Cara Mengobatinya

26 Maret 2023, 14:47 WIB
Ilustrasi - Simak penjelasan mengenai sleep paralysis atau ketindihan dan cara mengatasinya. / /Pexels/Ketut Subiyanto

 

PR TASIKMALAYA – Sleep Paralysis atau kelumpuhan tidur, mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk menggerakkan otot saat tertidur atau bangun.

Otot-otot tubuh menerima sinyal dari otak untuk rileks saat tidur. Namun, apa jadinya jika otot Anda tidak mendapatkan sinyal untuk bergerak setelah terbangun dari tidur?

Ketika seseorang terbangun dari tidur, dan mampu merasakan situasi di sekitar, namun tidak bisa menggerakkan tubuhnya, tentu saja bisa menjadi sebuah peristiwa yang sangat menakutkan.

Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Health News, diketahui kurang lebih 8% populasi manusia mungkin mengalami sleep paralysis seumur hidup mereka.

Baca Juga: Selain Kim Jung Hyun, 2 Aktor Tampan Ini Ikut Berperan dalam Kokdu: Season of Deity

Sleep paralysis atau di Indonesia disebut dengan ketindihan berkaitan dengan kondisi medis, termasuk PTSD, gangguan panik, faktor genetik, dan penyalahgunaan zat.

Bagi banyak orang sleep paralysis terjadi tanpa kondisi medis mendasar yang signifikan. Ini dapat dicegah dengan mengenali tanda-tandanya, dan memastikan tidur dalam kondisi yang baik.

Gejala Sleep Paralysis

Ketika seseorang mengalami sleep paralysis bangun atau tertidur, mereka tidak dapat menggerakkan kaki, kepala, tangan, atau tubuh lainnya.

Baca Juga: Hanya 480 Kalori! Menu Sahur Sehat dan Bikin Kenyang Cocok untuk yang Sedang Diet

Ketidakmampuan untuk bergerak ini dapat berlangsung beberapa detik hingga 20 menit. Rata-rata sekitar 6 menit untuk sebagian besar orang. Namun, pernapasan dan gerakan mata normal seperti biasa.

Orang-orang sebelumnya mengaitkan sensasi ini dengan hal-hal mistis, seperti ketindihian oleh makhluk astral, hingga kerasukan setan dan sihir.

Selain ketidakmampuan fisik untuk menggerakkan otot, sleep paralysis dapat menyebabkan halusinasi hingga 75% penderita.

Baca Juga: Selena Gomez dan Zayn Malik Dikabarkan Pacaran Setelah Kepergok Bermesraan di New York City

Menurut Sleep Foundation, penderita sleep paralysis mungkin mengalami 3 bentuk halusinasi.

1. Perasaan sensasi seperti di luar tubuh

2. Merasakan kehadiran atau entitas berbahaya

3. Perasaan sesak atau tekanan di dada seperti tercekik.

Halusinasi ini terjadi di luar alam mimpi, bukan selama siklus REM standar di mana seseorang secara aktif bermimpi.

Baca Juga: Tak Hanya Berpahala, Puasa di Bulan Ramadhan Ternyata Dapat Kurangi Risiko Obesitas

Seperti kurangnya gerak, halusinasi dapat terjadi saat bangun atau tertidur. Terkadang beberapa orang melaporkan bahwa mereka mengalami euphoria atau perasaan senang, saat mengalami sleep paralysis.

Meski begitu, pasien sleep paralysis umumnya merasa takut, cemas, tertekan, dan panik. Hal itu terjadi karena kondisi ini mengaburkan garis kesadaran antara tidur dan terbangun.

Walau terkesan menakutkan, sleep paralysis biasanya tidak menyebabkan bahaya yang serius bagi penderitanya. Namun, kejadian ini tentu akan mengganggu kualitas tidur seseorang.

Oleh karena itu, perhatian yang besar harus diberikan agar penderita terhindar dari efek kesehatan sekunder akibat gangguan tidur atau kualitas tidur yang buruk.

Baca Juga: Video Promosi Jujutsu Kaisen Season 2 Rilis! Cek Tanggal Mulai Tayangnya

Penyebab Sleep Paralysis

Meskipun kondisi ini dapat terjadi tanpa penyakit yang mendasar, peningkatan risiko sleep paralysis terjadi dengan beberapa penyakit.

Misalnya, tinjauan sistematis pada tahun 2018 menemukan bahwa mereka yang mengalami gangguan stres pascatrauma (PTSD) memiliki risiko sleep paralysis yang sangat tinggi.

Mereka yang mengalami gangguan panik umum juga mengalami kondisi ini, meskipun pada tingkat yang lebih rendah.

Baca Juga: Kamu Wajib Tahu! Ini 6 Panduan Puasa Ramadhan bagi Penderita Diabates

Pemicu lainnya termasuk gangguan tidur, kualitas tidur yang buruk, ritme sirkadian yang tidak normal, dan berbagai kondisi kejiwaan.

Faktor genetik mungkin ada, tetapi belum teridentifikasi dengan jelas. Tingkat stres yang tinggi, trauma, obat-obatan, dan penyalahgunaan zat juga ditemukan sebagai pemicu yang potensial.

Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkarakterisasi dan memahami penyebab besar sleep paralysis.

Baca Juga: Bacaan Niat Membayar Fidyah yang Harus Diketahui, Simak di Sini!

Pengobatan Sleep Paralysis

Sayangnya, belum ada jawaban pasti bagaimana cara merawat sleep paralysis. Karena peneliti tidak sepenuhnya memahami apa yang memicu sleep paralysis pada semua individu, mereka hanya dapat membuat rekomendasi umum untuk meminimalkan kejadian tersebut.

Ketika Anda mengalami sleep paralysis, cobalah untuk menggerakan satu bagian kecil dari tubuh Anda, seperti jari kaki, hal tersebut dapat membantu Anda terlepas dari sleep paralysis

Selain itu, bicaralah dengan penyedia layanan kesehatan. Kemudian, terapkan kebersihan sebelum tidur dengan benar.

Baca Juga: Tes IQ: Penumpang Kereta ini Harus Berdesakan, 76 Persen Orang Gagal Temukan Perbedaan Gambar!

Pastikan Anda mendapatkan kualitas tidur yang baik. Sebab studi menunjukkan bahwa kualitas tidur yang buruk dapat memperparah sleep paralysis.

Terapi perilaku kognitif (CBT) juga dapat membantu membentuk kembali emosi negatif dan pikiran yang berkaitan dengan tidur. Bentuk pengobatan ini dapat membantu memulihkan kondisi seperti PTSD.***

Editor: Wulandari Noor

Sumber: Health News

Tags

Terkini

Terpopuler