Bosan? Simak Penjelasan Peneliti tentang Kesehatan Mental Selama Karantina di Rumah

5 April 2020, 10:30 WIB
Ilustrasi stress yang dipicu pandemi Covid-19. //unsplash

PIKIRAN RAKYAT – Karantina mandiri menjadi salah satu solusi untuk pemutusan rantai penyebaran Covid-19. Sebagian besar negara 'terkunci' untuk memerangi pandemi ini.

Banyak yang gelisah dan tidak nyaman dengan kondisi seperti ini, terkurung tidak bisa melakukan aktifitas seperti sediakala. Walau banyak alternatif bisa dilakukan namun tidak sebebas dulu.

Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs Boldsky, ada dampak pada kesehatan mental orang-orang, yang tidak boleh diabaikan. Berikut penjelasan singkat terkait karantina mandiri dan pengaruhnya terhadap kesehatan mental.

Baca Juga: Lapas Kelas I Madiun Bebaskan 34 Narapidana, Dua dari Jumlah Tersebut Masih di Bawah Umur

Apa itu Karantina?

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mendefinisikan karantina sebagai pemisahan dan pembatasan pergerakan orang yang terpapar penyakit menular untuk mengetahui apakah mereka menjadi sakit atau baik-baik saja.

Bagaimana karantina mempengaruhi kesehatan mental?

Ada banyak ketidakpastian dan stres yang bertahan selama pandemi. Memikirkan cara menghabiskan waktu selama hari-hari karantina dapat berdampak buruk pada kesehatan mental Anda.

Karantina memiliki dampak pada tiga elemen penting kesehatan mental, kesejahteraan emosional, kesejahteraan psikologis, dan kesejahteraan sosial.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Tasikmalaya, 05 April 2020: Siang Hari, Sukahening dan Kawalu akan Hujan

Fakta bahwa karantina telah membuat banyak orang terkurung di rumah, telah menyebabkan peningkatan beberapa risiko kesehatan.

Ini termasuk gejala depresi, gangguan fungsi kognitif, kurang tidur, kesehatan jantung buruk dan kekebalan rendah.

Meskipun karantina bersifat sementara, periode kesepian dan isolasi yang singkat dapat memiliki konsekuensi yang membahayakan kesehatan mental.

Baca Juga: Dari Masjid hingga Pos Ronda, Pemuda Tasikmalaya Gelar Penyemprotan Swadaya Cegah Corona

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet menunjukkan, orang yang berada di karantina melaporkan ada gejala psikologis, yang meliputi depresi, stres, suasana hati yang rendah, insomnia, mudah marah, gangguan emosional, kemarahan, gejala stres pasca-trauma, dan kelelahan emosional.

Gejala psikologis dipicu karena durasi karantina yang lebih lama, informasi yang tidak memadai, pasokan yang tidak memadai, kebosanan, frustrasi, ketakutan akan infeksi, stigma, dan kerugian finansial.

Baca Juga: Cek Fakta: Sahihkah Video Jutawan Italia Terjun dari Gedung Tinggi karena Virus Corona?

Studi lain meneliti dampak psikologis dari wabah Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) yang terjadi pada tahun 2003. Sekitar 10 persen orang mengalami gejala stres pascatrauma (PTS).

Efek jangka panjang karantina juga terlihat tiga tahun setelah wabah SARS. Gejala-gejala psikologis dapat menjadi masalah hanya untuk orang-orang dengan masalah kesehatan mental yang sudah ada sebelumnya

Apa yang dapat dilakukan Pemerintah untuk mengurangi dampak karantina?

Pemerintah harus dapat mengomunikasikan langkah-langkah karantina secara efektif kepada publik. Makanlah makanan yang seimbang dan minumlah banyak air. 

Baca Juga: Virus Corona Tembus Timnas Indonesia, Ketua PSSI Umumkan Sosok yang Dinyatakan Positif

Orang lanjut usia mungkin merasa tersesat dan bingung, coba bantu mereka dengan mendengarkan mereka. Untuk anak-anak buat kesibukan sehingga mereka tidak merasa bosan dan kesepian. 

Cara menangani masalah emosional jika mengalami kecemasan, lakukan latihan pernapasan dalam selama beberapa menit. Coba dan jauhkan diri dari pikiran cemas dengan memikirkan sesuatu yang tenang.

Apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi efek karantina?

Percayalah pada sumber yang dapat dipercaya. Hindari menonton berita sensasional atau posting media sosial yang memuat informasi yang salah atau hoaks.

Baca Juga: Cek Fakta: Beredar Video Azan Berkumandang Lagi di Spanyol Setelah 500 Tahun Dilarang

Jangan terus berdiskusi tentang siapa yang sakit dan bagaimana. Lebih baik lakukan kebersihan tangan dan pernapasan. Hindari kontak dekat dengan orang lain.

Jangan menghindar atau menghakimi orang dengan infeksi Covid-19. Jangan panik jika terinfeksi virus corona. Ingat sudah banyak orang sembuh.

Kesimpulannya, karantina di rumah bersama anggota keluarga memberikan kesempatan bagi keluarga untuk berkumpul. Untuk anak-anak, ini bisa menjadi waktu yang tepat karena mereka dapat menghabiskan waktu berkualitas dengan orang tua mereka.

Baca Juga: Gagal Diet karena Sibuk Bekerja? Jangan Khawatir, 6 Tips Ini Bisa Menolongmu

Di sisi lain, remaja mungkin kurang antusias dan bersemangat dan mereka mungkin merasa bosan. Jadi, cara terbaik untuk mengatasi masalah kesehatan mental adalah dengan terlibat dalam kegiatan, berpikir positif dan tetap terhubung dengan orang lain.***

 
Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Boldsky

Tags

Terkini

Terpopuler