Baca Juga: Pacu Moderasi Beragama yang Harmonis, MUI Deklarasikan Rancangan Wasathiyatul Islam
Menanggapi ramainya kebijakan tersebut, salah satu mahasiswa terbaik angkat bicara terkait riuhnya protes tersebut.
Ia memahami calon wisudawan yang mengikuti wisuda online kecewa dengan kebijakan tersebut.
"Tapi jangan dikira yang ikut offline juga sepenuhnya enak. Kami juga ke kampus sendiri, gaboleh diantar sama orang tua. Orang tua saya sendiri nonton di rumah," katanya.
"Lalu apa yang dipermasalahkan? Saya juga kalau misal semua online, gak masalah. Hanya saja karena ada undangan dari panitia sebagai bentuk apresiasi atas prestasi yang diraih," tambahnya.
"Yang bikin geleng-geleng kepala adalah hujatan-hujatan yang dilontarkan kepada perwakilan wisuda offline, sampai-sampai mendoakan yang buruk. Saya harap untuk yang sudah mendoakan yang tidak-tidak segera dapat hidayah agar bisa menjaga lisannya dan hanya berkata yang baik," tukasnya.
Baca Juga: Hendak Shalat Subuh, Guru Ngaji di Bekasi Diserang Kawanan Bersenjata Tajam
Menanggapi pernyataan tersebut Asep selaku Ketua Gugus Tugas Pusat Komunikasi, Informasi dan Edukasi atau PKIE Universitas Siliwangi menjelaskan bahwa pelaksanaan wisuda yang dilakukan secara blended system.
Ade menyebutkan hal ini telah dilakukan perundingan oleh berbagai pihak bukan hanya terhadap calon wisudawan tetapi juga kepada semua pimpinan prodi atau fakultas dan senator Unsil.
“Kita diskusikan dan mohon pertimbangan dari semuanya. Keputusanya kita sepakat, kita melaksanakan wisuda blended system dgn prioritas online. System blended ini juga pernah kita lakukan saat pelantikan mahasiswa baru beberapa bulan yg lalu,” ungkapnya kepada PikiranRakyat-Tasikmalaya.com Senin 23 November 2020.