PR TASIKMALAYA - Persoalan stunting hingga kini masih menjadi rintangan yang menghalangi pembangunan SDM Indonesia.
Menurut catatan hasil peninjauan kualitas gizi balita Indonesia tahun 2019, prevalensi stunting di Indonesia mencapai angka 27,67 persen. Angka ini masih terbilang tinggi.
Muhadjir Effendy, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) mengungkapkan bahwa penindakan stunting adalah tujuan utama nasional.
Baca Juga: UMP Tidak Naik, PPP Dukung Pemerintah: Indonesia Dilema Putuskan Kebijakan ini
Presiden Joko Widodo telah merencanakan supaya prevalensi stunting dikurangi serendah-rendahnya dengan sasaran 14 persen di tahun 2024.
Oleh sebab itu, Muhadjir berpendapat, dibutuhkan cara pintasan untuk menanganinya. Dia berujar, untuk memperbaiki permasalahan stunting yang paling utama ialah diawali dari keluarga.
Persoalan stunting berkaitan sangat erat dengan kemiskinan. Karenanya pembangunan keluarga benar-benar dibutuhkan untuk membendung stunting.
"Kita punya pekerjaan yang jauh lebih berat yaitu menyiapkan rumah tangga. Itu tidak kalah penting karena justru segala sesuatu harus dimulai dari penyiapan pasangan rumah tangga, keluarga baru terutamanya," tuturnya ketika menjadi pembicara di Webinar Seri 02 'Perspektif Program dalam Rangka Penyelamatan 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK)' Dies Natalis Fakultas Kesehatan Universitas Hasanudin Ke-38, pada hari Sabtu, 31 Oktober 2020.
Baca Juga: Kemenparekraf Hadirkan untuk Pertama Kalinya Simulasi Protokol Keselamatan Wisata di Indonesia