Sekretaris DPRD DKI Luncurkan Otobiografi, Sederet Cerita yang Tidak Publik Ketahui

- 15 Oktober 2020, 13:42 WIB
Sekretaris Komisi D DPRD DKI Jakarta Syarif meluncurkan otobiografi berjudul "Tangis Tawa Senyum Catatan Aktivis Tanpa Angkatan", Rabu, 14 Oktober 2020.*
Sekretaris Komisi D DPRD DKI Jakarta Syarif meluncurkan otobiografi berjudul "Tangis Tawa Senyum Catatan Aktivis Tanpa Angkatan", Rabu, 14 Oktober 2020.* //ANTARA

PR TASIKMALAYA - Sekretaris Komisi D DPRD DKI Jakarta Syarif meluncurkan otobiografi berjudul "Tangis Tawa Senyum Catatan Aktivis Tanpa Angkatan", Rabu, 14 Oktober 2020.

"Buku ini judulnya banyak orang bertanya maksudnya apa? Maksudnya adalah ketika saya menulis, saya tidak ingin menjadi beban sejarah," ujar alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

"Ketika lulus tahun 1996, saya masih demo supaya menyalurkan aspirasi," ujarnya.

Baca Juga: Soal Vaksin Covid-19, Pemerintah Hanya Beli Bahan Baku dan Diproduksi di Indonesia

Politisi Partai Gerindra menyebut jika ia tidak bersedia membawa beban sejarah dimana saat ini para penggerak aktivis 1998 menjadi pejabat.

"Karena itu saya ingin menyebut diri saya sebagai aktivis tanpa angkatan," tutur Syarif.

Syarif juga membicarakan judul bukunya menggunakan tiga kata sifat: tangis, tawa dan senyum. Ketiga kata tersebut diakuinya memberikan warna perjalanan hidupnya. Ia berharap dapat mencapai ketiga hal tersebut di masa depan.

Baca Juga: Terdakwa Jiwasraya Divonis Seumur Hidup, Kuasa Hukum: Keputusan Hakim untuk Menyenangkan Publik

"Ketika saya lahir (saya menangis), kemudian orang tua saya tertawa. Dan di akhir hayat saya harapkan terbalik, orang lain menangis dan saya tersenyum. Di tengah perjalanan itu saya ingin meraih ketiganya," jelasnya.

Pada acara peluncuran buku tersebut, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Gerindra Mohamad Taufik menjadi sebaris tokoh istimewa yang hadir.

Syarif mengungkapkan bahwa buku yang ia tulis ini juga membahas perjalanan hidupnya sepanjang menjadi anggota DPRD yang dimulai tahun 2014, khususnya tentang kebijakan gubernur ketika itu, yaitu Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab disapa Ahok.

Baca Juga: Inggris vs Denmark: Dua Pemain Inggris Dikartu Merah hingga Telan Kekalahan

Syarif pun menyediakan ruang diskusi untuk mereka yang menolak isi buku tersebut, seandainya ada pihak yang mau menyanggah pengalaman hidupnya sebagai anggota DPRD DKI serta memandu kebijakan Pemprov DKI Jakarta.

"Namun konteks politik, yang saya ceritakan dalam buku itu memang adalah tangisan saya dalam menghadapi kebijakan pemerintah, terutama sahabat saya Gubernur DKI Jakarta saat itu Basuki Tjahaja Purnama," tuturnya.

Menurutnya, Ahok semestinya turut menghadiri acara itu untuk menyampaikan sambutan. Tetapi ia tidak dapat hadir sehingga hanya mengamanatkan salam untuk para hadirin dan Anies Baswedan.

Baca Juga: Wacana Ganti Nama 'Jawa Barat', Kang Emil: Harus Disepakati oleh Tiga Budaya

"Harusnya sahabat kita hadir, tapi karena berhalangan jadi dia nggak hadir dan menitipkan salam untuk Pak Anies dari Ahok," sahutnya.

Anies Baswesdan mengapresiasi otobiografi karya Syarif tersebut. Anies membahas banyak cerita yang sebelumnya tidak pernah disampaikan, namun masyarakat akan segera mengetahuinya dari buku ini.

Sangat banyak peristiwa yang masyarakat tidak tahu.

Baca Juga: Dibanding Negara G-20 Lain, Utang Luar Negeri Indonesia Masih Realtif Rendah

"Tapi bagi kita semua, penulisan buku perjalanan aktivis Pak Syarif ini, dapat ambil pengalaman," pungkas Anies.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah