Kondisi tersebut turut menghasilkan dampak positif dengan bertambahnya penghasilan yang berpotensi terhadap membaiknya kesejahteraan para nelayan.
“Sekarang, karena mangrove kita bagus dan lebat, maka komoditas tangkapan nelayan yang utama yaitu kepiting bakau per hari pendapatan anggota kami dari menangkap kepiting itu rata-rata Rp300 ribu," ujarnya.
Para nelayan tersebut memanfaatkan rimbunnya pohon mangrove sebagai ekowisata dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru dan bisa memperbaiki taraf kehidupan masyarakat sekitar.
“Sebelum PLN Indonesia Power mendampingi kami, kami hanya cukup bisa makan dan memenuhi kebutuhan sosial agama yang ada di lingkungan kami. Sekarang, setelah didampingi, kami bisa menabung dan menyekolahkan anak kami ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, bahkan dari anak-anak nelayan banyak yang sudah sarjana," tambahnya.
Baca Juga: Sebagai Saksi, KPK Panggil Sarifuddin Sitorus dalam Kasus Dugaan Korupsi Bermodus Investasi Fiktif
Kegiatan yang dilakukan PLN Indonesia Power UBP Bali juga disoroti oleh salah satu Dosen Universitas Diponegoro Prof Sudharto Hadi, beliau mengatakan kegiatan tersebut merupakan inovasi yang menghasilkan manfaat cukup beragam.
“Jadi apa yang dilakukan oleh UBP Bali ini merupakan suatu bentuk inovasi yang memberikan kontribusi yang bukan hanya aspek lingkungan," ujarnya.
Sudharto mengatakan manfaat lingkungan terlihat dari lebatnya tanaman mangrove di wilayah tersebut, mangrove sendiri memiliki berbagai fungsi beragam untuk lingkungan yakni sebagai penangkal gelombang, pencegah abrasi dan juga bisa menahan naiknya permukaan air laut.
Selain itu, dari sisi ekonomi bisa meningkatkan kesejahteraan dan juga bisa menjadi mata pencharian baru bagi masyarakat yang berada di kawasan UPB Bali.***(Muhammad Rifki Muttaqin)