Network
Pertimbangan lainnya yang diberikan oleh Leo Agustino, yaitu Erick Thohir memiliki kinerja yang baik di BUMN, sehingga dapat menjadi tolak ukur ia dapat memimpin Indonesia dengan sama baiknya.
Pertimbangan kedua adalah Erick Thohir yang dapat membangun kedekatan dengan pemilih milenial dan generasi Z. Sehingga ia dinilai dapat mengambil suara kalangan muda Indonesia.
Baca Juga: FIFA Hanya Beri Sanksi Ringan ke Indonesia, Erick Thohir: Masih Bisa Cetak Prestasi di SEA Games
"Erick sudah membuktikan BUMN memiliki kinerja yang baik dan melakukan bersih-bersih di BUMN. Kini, yang menjadi nilai lebih Erick adalh mampu membangun kedekatan dengan pemilih milenial dan generasi Z, apalagi ketika ia menjadi Ketua Umum PSSI berhasil membawa perubahan sepak bola Nasional. Keberhasilan ini yang membuat elektabilitas Erick terus meningkat," tuturnya.
Pertimbangan ketiga, yaitu Erick Thohir memiliki irisan dengan Nahdlatul Ulama (NU). Menurut Leo Agustino, ketika Menteri BUMN itu disandingkan dengan Ganjar Pranowo ataupun Prabowo Subianto, ia akan menjadi representasi NU sekaligus kelompok Islam lainnya. Dengan formulasi seperti ini, maka suara nasionalis akan diwakili oleh Ganjar Pranowo ataupun Prabowo Subianto, sedangkan suara religius akan diwakili oleh Erick Thohir.
Pertimbangan keempat, Erick Thohir yang tidak memiliki cacat politik akan melengkapi kekurangan dari pasangan capresnya.
Jika merujuk kepada hasil survei yang dilakukan oleh Poltracking Indonesia pada 9-15 April 2023, menunjukkan Erick Thohir mendapatkan posisi teratas sebagai cawapres dibuktikan dengan elektabilitas 17,1 persen. Kemudian disusul dibawahnya Sandiaga Uno yang meraih elektabilitas 15,5 persen dan Ridwan Kamil sebesar 13,5 persen.
Baca Juga: Pengamat Sebut Erick Thohir Mampu 'Kuasai' Suara Anak Muda di Pemilu 2024
Dari hasil tersebut, Leo Agustino melihat faktor yang menyebabkan Erick Thohir mendapatkan elektabilitas tersebut karena kedekatannya dengan pemilih pemula di Indonesia.***
