Survei BPS Sebut Penduduk Jakarta Capai 11 Juta, Konsep Urban Farming Jadi Solusi Masalah Pangan Serius

- 15 Februari 2020, 10:30 WIB
SUASANA Jakarta dengan gedung-gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi Senin, 29 Juli 2019. Berdasarkan data situs penyedia peta polusi daring harian kota-kota besar di dunia, AirVisual, Jakarta sempat berada pada urutan pertama kota terpolusi sedunia, namun sekarang berada di urutan ke dua setelah Dubai.*/ANTARA FOTO
SUASANA Jakarta dengan gedung-gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi Senin, 29 Juli 2019. Berdasarkan data situs penyedia peta polusi daring harian kota-kota besar di dunia, AirVisual, Jakarta sempat berada pada urutan pertama kota terpolusi sedunia, namun sekarang berada di urutan ke dua setelah Dubai.*/ANTARA FOTO /

PIKIRAN RAKYAT - Berdasarkan hasil survei BPS, jumlah penduduk di Jakarta pada tahun 2020 bertambah dari 72 ribu menjadi 10,57 juta orang. Keadaan tersebut di prediksi akan terus betambah hingga tahun 2030 mendatang.

Dengan lebih dari 10 juta penduduk yang bermukim di Jakarta, melahirkan masalah serius bagi pertanian, sektor yang memberi makan bagi perut-perut yang selalu kelaparan.

Ancaman pangan menjadi persoalan serius bagi Jakarta di masa depan, untuk menyelamatkan kota ini dari musibah tersebut, masyarakat mulai mengembangkan konsep kebun perkotaan atau urban farming. Untuk mewujudkan lahan pertanian ditengah pemukiman padat masyarakat.

Baca Juga: Berasal dari Tangan Putra Garut, Simak 6 Fakta SilverQueen Sebagai Metafora Bentuk Kasih Sayang

Seperti yang dilakukan Kasmin dan beberapa warga di Kembangan Utara, Jakarta Barat yang berhasil menyulap sebuah lahan-lahan kosong yang sempit di permukiman padat penduduk dengan menjadikanya lahan pertanian.

Kini mereka telah merasakan manfaat konsep pertanian perkotaan dari mulai penyediaan pangan, memperluas area hijau, mengurangi limbah berbahaya, meningkatkan naungan, dan melawan efek udara panas yang tidak mengenakan.

"Nama saya Kasmin, saya disini sebagai ketua wilayah RW 004 dan RT 07 dan pekerjaan saya yaitu adalah pegawai bangunan. Jadi awal mulanya hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan di RW 04 ini.

Baca Juga: Akan Bangun Disneyland di Jakarta Setelah Ibu Kota Negara Baru Pindah, Direktur BMN: Ini Bukan Isapan Jempol Belaka

"Karena dengan adanya program penghijauan, wilayah ini justru jadi lebih bersih dan lebih hijau serta rapi, dan konsumsi masyarakat pun semakin menjadi sehat," kata Kasmin seperti dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs Berita Antara.  

Praktik bertani urban ini dimulai sejak tahun 2018. Lahan kosong seluas 400 meter persegi ditanami berbagai jenis sayuran, buah, dan tanaman obat.

Seperti kangkung, sawi hijau, cengsin, anggur, hingga jahe. Semua tanaman itu adalah organik, warga tidak memberi pupuk kimia, pestisida maupun herbisida. Jadi aman untuk dikonsumsi meskipun dikonsumsi secara mentah.

Baca Juga: Pasokan Sulit dan Harga Mahal, Polres Tasikmalaya Bentuk Tim Khusus Antisipasi Penimbun Bawang Putih

"Kami disini hanya menggunakan pupuk kompos dari sisa-sisa daun yang sudah layu, kemudian kita masukan ke ember kompos, setelah itu bisa digunakan sebagai pupuk esoknya," kata Kasmin.

Dengan adanya konsep urban farming ini, ia merasa sangat terbantu, ia juga mendorong seluruh masyarakat untuk giat melakukan penanaman meskipun lahan yang dimiliki sangatlah terbatas.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x