Paling parah adalah adanya risiko kematian anak. Stunting juga akan berdampak buruk pada kognitif dan pengembangan mototrik anak, dimana kinerja berpikir mereka akan turun.
Tak hanya itu, stunting juga dapat meningkatkan risiko kelebihan gizi, penyakit tidak menular, dan mengurangi produktivitas masa dewasa.
Baca Juga: Pembajakan Whatsapp Kian Marak, Polri Bagikan 5 Tips untuk Menghindarinya
Dampak stunting yang dirasakan anak saat dewasa, membuat para orangtua khawatir dengan aktivitas sekolah anak, terutama tingkat kecerdasan.
Kekhawatiran itu dapat di minimalisir dengan kesadaran para orangtua untuk lebih peka pada hal-hal yang dapat menyebabkan stunting.
Kesaran tersebut bisa dimulai dari masa kehamilan hingga pertimbangan angka kecukupan gizi pada saat pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu atau MPASI.
Baca Juga: Punya Gejela yang Sama, Cari Tahu Perbedaan Antara Pilek, Influenza, dan Virus Corona
Pada tahun 2014, WHO menjelaskan empat penyebab terjadinya stunting pada anak, yaitu faktor keluarga dan rumah tangga, pemberian makan yang tidak adekuat, pemberian ASI, serta penyakit atau infeksi.
Keempat masalah utama tersebut disebabkan oleh beberapa faktor sosial dan komunitas, seperti politik dan ekonomi serta kesehatan, pendidikan, kultur sosial, sistem pangan dan agrikutur, sanitasi, serta lingkungan.
Di Indonesia sendiri, layanan kesehatan yang berkaitan untuk pencegahan dan pemahaman stunting masih dirasa belum cukup, sehingga seluruh stakeholder harus sama-sama bertanggungjawab atas hal ini.