Armada Perang AS-Tiongkok Masuk Laut China Selatan, Kapuspen TNI: Kita Tidak Berpihak Kemana-mana

- 11 Maret 2021, 08:10 WIB
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Achmad Riad.
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Achmad Riad. /Foto: tni.mil.id/Puspen TNI/

Ketegangan di LCS akan memuncak karena persaingan Amerika Serikat dan Tiongkok.

Tetapi, suasana akan tetap terjaga jika negara-negara di Asia Tenggara tetap bersatu untuk mempertahankan status quo, kata Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana dalam sebuah sesi diskusi.

Perhimpunan Bangsa-Bangsa di Asia Tenggara (ASEAN) terjebak di tengah-tengah rivalitas AS dan Tiongkok dan upaya mereka memperebutkan pengaruh di kawasan.

Baca Juga: RUU Pemilu Resmi Dicabut dari Daftar Prolegnas Prioritas 2021, Musni Umar: Keuntungan bagi Penguasa

Namun, ASEAN memiliki kemampuan untuk memelihara stabilitas di kawasan dan seluruh anggota perhimpunan harus menempuh cara yang sama, kata Lorenzana.

"Di mana ASEAN di tengah rivalitas negara-negara kuat? Visi Sentralitas ASEAN memang ada, tetapi yang terjadi justru sebaliknya," ujar dia.

"ASEAN, jika bersatu, maka akan memiliki kekuatan yang dapat mempengaruhi isu dan peristiwa di Laut China Selatan," tambah Lorenzana.

Baca Juga: Mengaku Muak dengan Pemberitaan soal ‘Dinasti Cikeas’, Dewi Tanjung: Semuanya hanya Pentingkan Urusan Pribadi

Untuk seorang menteri anggota ASEAN, pernyataan Lorenzana diyakini cukup lugas.

ASEAN cukup jarang berbicara mewakili perhimpunan untuk menentang militerisasi secara terang-terangan atau bersikap agresif.

Pasalnya, beberapa negara khawatir langkah itu akan membuat geram Beijing atau Washington.

Baca Juga: Heboh Wacana Revisi UU ITE, BIN Sampaikan Perlu Berbagai Pertimbangan Jika Hal tersebut Dilakukan

Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Vietnam memperebutkan wilayah di Laut China Selatan dengan Tiongkok.

Negara-negara itu, kecuali Brunei, sempat menghadapi kapal-kapal Tiongkok di batas wilayahnya.

Tiongkok tidak mengakui keputusan mahkamah arbitrase internasional pada 2016 yang membatalkan klaim Beijing bahwa kedaulatan wilayahnya membentang di sebagian besar wilayah LCS.

Baca Juga: Akan Ikuti 'Try-Out' SEA Games, Lima Atlet Pelantas Dayung Lakukan Vaksinasi Covid-19

Lorenzana mengatakan isu LCS jadi masalah utama yang dibahas Filipina bersama Jepang, Tiongkok, Australia, Prancis, dan Amerika Serikat, sejak Mei 2020.

"Apa makna dari pertemuan ini? Laut China Selatan penting untuk banyak negara," kata dia.

"Ketegangan di Laut China Selatan akan terus memuncak karena Tiongkok akan terus menuduh AS dan negara lain telah melakukan provokasi serta upaya melemahkan stabilitas di kawasan ... (ada tudingan) Barat berupaya menghentikan Tiongkok," terang dia.

Halaman:

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x