PR TASIKMALAYA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan bahwa fenomena perubahan iklim bisa menyebabkan pengaruh langsung terhadap pertanian lahan kering. Karena perubahan iklim ini bisa beresiko membuat tanaman menjadi rentan kekurangan air serta memiliki dampak pada produksi pangan.
Yudhistira Nugraha selaku Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN menjelaskan, perkiraan ada sekitar 60 juta hektare lahan kering di Indonesia dengan 29 juta hektare digunakan untuk produksi pertanian. Lahan kering memang sangat sensitif apabila menghadapi perubahan iklim.
"Salah satu ekosistem yang rentan terhadap perubahan iklim adalah ekosistem lahan kering. Perubahan iklim berpengaruh terhadap produksi pangan," ucap Yudhistira di Jakarta, pada hari Senin, 13 Mei 2024, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari ANTARA.
Menurutnya, ekosistem lahan kering harus menyesuaikan dengan perubahan iklim yang terjadi dan dilakukan beberapa upaya untuk mengatasi kerentanan air pada lahan kering.
Baca Juga: Hasto Sebut Ada Delapan Nama yang Disiapkan Megawati Jelang Pilkada Jakarta
Yudhistira juga menjelaskan bahwa upaya penyediaan air yang dialirkan ketika menghadapi perubahan iklim menjadi sangat penting dalam pengelolaan lahan kering tersebut. Hal ini bertujuan untuk menjaga lahan agar tetap bisa digunakan meskipun sedang terjadi perubahan iklim.
Ia pun menilai program upaya penyaluran bantuan pompanisasi yang dilakukan oleh pihak Kementerian Pertanian sudah tepat dalam memberikan peningkatan terhadap produktivitas lahan kering yang ada di Indonesia.
Harapannya masyarakat bisa terbantu dengan bantuan tersebut dan bisa memaksimalkan lahan kering mereka meskipun berhadapan dengan perubahan iklim.
Tujuan dari program pompanisasi ini adalah, untuk menopang dan meningkatkan indeks pertanaman, hal ini juga berlaku untuk sawah tadah hujan.