PR TASIKMALAYA - Kementerian Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (KPPPA) memperjuangkan penyembuhan mental korban teroris di Sigi.
Seperti diketahui, ada banyak kelompok rentan, seperti perempuan dan anak yang menjadi korban insiden teroris di Desa Lemban Tongoa, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.
"Kami sangat prihatin terjadinya peristiwa tersebut, di mana satu keluarga harus kehilangan nyawa, tentu sangat berdampak buruk bagi perempuan anak-anak khususnya, dan masyarakat sekitar umumnya," kata Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan KPPPA, Vennetia R. Danes.
Baca Juga: Llyod Austin, Orang Kulit Hitam Pertama yang Jadi Menteri Pertahanan AS
Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Antara, hal itu disampaikan Vennetia dalam pertemuan koordinasi Pokja Perlindungan, Pemberdayaan Perempuan dan Anak Konflik Sosial (P3AKS) di Palu, Kamis, 10 Desember 2020.
Tindak kekerasan di Lemban Tongoa mengakibatkan hilangnya sosok suami sebagai tulang punggung keluarga bagi para istri, selain itu, anak-anak kehilangan orang tua yang menjadi tempat mereka bernaung.
"Oleh karena itu kami bersama seluruh pihak yang tergabung dalam P3AKS segera melakukan pemulihan melalui pencegahan, penanganan, pemberdayaan, dan partisipasi anak," katanya.
Baca Juga: Jason Momoa dan Warner Bros Hadiahkan Trisula Aquaman untuk Penggemar Penderita Kanker
Vennetia menjelaskan, berdasarkan unsur pencegahan guna menambah pemahaman dan peran masyarakat, pemerintak daerah, lembaga adat, FKUB, media massa, unit pelayanan perempuan dan anak dalam meningkatkan potensi kelembagaan P3AKS.
"Intinya adalah suara perempuan, yang seharusnya menjadi patokan penting di dalam melihat posisi perempuan yang cenderung hilang di dalam situasi konflik. Seringkali suara, pandangan, pendapat perempuan tidak muncul karena adanya proses marjinalisasi," ujarnya.