Kembali Singgung Jokowi King of Lip Service, BEM FEB UI: Janji Independensi Pangan Berujung Angan-Angan

1 Juli 2021, 09:30 WIB
BEM FEB UI kembali mengkritik Presiden Jokowi dan menyebut janji independensi pangan berujung angan-angan. /

 

PR TASIKMALAYA – Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia atau BEM FEB UI kembali mengkritik Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

Kali ini BEM FEB UI mengkritik janji kampanye Jokowi saat Pilpres 2014 atau 2019 yang sampai detik ini belum direalisasikan.

Janji kampanye Jokowi yang pernah dijanjikan kepada rakyat Indonesia yang sampai saat ini belum direalisasikan adalah janji independensi pangan.

Baca Juga: 4 Fakta Terbaru dari Covid-19, Mulai dari Pusat Penyebaran hingga Indera Penciuman Kembali Normal

Kastratpedia, janji independensi pangan berujung angan-angan,” cuit BEM FEB UI yang dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari akun Twitter @BEMFEBUI yang diunggah pada Rabu, 30 Juni 2021.

Halo FEB UI dan Indonesia. Saat menjadi calon presiden, Joko Widodo menyampaikan janji-janji guna memberhentikan impor pangan karena Indonesia dianggap mampu memenuhi kebutuhan pangan,” tulis @BEMFEBUI.

Tangkap layar unggahan BEM FEB UI Twitter.com/BEMFEBUI

Namun, faktanya kuantitas impor Indonesia untuk beberapa komoditas pangan seperti beras, gula dan garam dalam kurun waktu 5 tahun terakhir belum turun jua.

Baca Juga: Ini Dia Lirik Lagu Make It - 2PM, Salah Satu Lagu dalam Albumnya 'Must'

Pengadaan food estate sebagai solusi pemerintah juga memiliki kelemahan-kelemahannya sendiri.

Lantas, kapankah janji independensi pangan nasional akan terealiasi,” tanya @BEMFEBUI.

Dampak Negatif dari Candu Impor

Baca Juga: Jokowi Sebut Dirinya Tidak Pernah Sarapan Sejak Covid-19 Meningkat di Indonesia

Menurut BEM FEB UI, berdasarkan analisanya pihakya melihat dampak buruk dari ketergantungan Indonesia terhadap impor atau BEM FEB UI menyebutnya sebagai candu impor.

Ketergantungan Indonesia terhadap impor pangan akan berdampak buruk dalam tempo yang sangat lama. Dampak buruk tersebut diantaranya;

Murahnya dan tingginya kualitas pangan impor akan mengancam produk pangan lokal, pangan yang dihasilkan asli dari petani Indonesia.

Baca Juga: BOR di Jabar Hampir Mendekati 100 Persen, Ini yang Dilakukan Ridwan Kamil

Impor yang dilakukan secara terus menerus tidak akan menstimulasi para petani dan pengusaha guna berkembang serta berinovasi,” jelas BEM FEB UI.

Berdampak pula pada lemahnya kekuatan produksi lokal akan membuat negara rentan terdampak oleh volatilitas atau kecenderungan mudah berubah (fluktuatif) harga pasar global.

Dalih Impor Pangan yang Selama ini Jadi Senjata Pamungkas

Baca Juga: The Devil Judge Hingga Police University, Inilah 8 Judul Drakor yang Siap Tayang di Bulan Juli!

Meskipun sudah 2 periode dan belum ada realiasi dari independensi pangan, pemerintahan Jokowi faktanya masih terus melakukan impor.

Dalih-dalih seperti demi stabilisasi harga pangan, terutama stabilisasi terhadap kenaikan harga yang disebabkan kekurangan pasokan selalu menjadi senjata pamungkas memudahkan impor pangan selama ini.

Belum lagi dalih demi mencukupi kebutuhan konsumsi pangan, hingga dalih demi ketersedian cadangan komoditas menjadi alasan pemerintah melakukan impor pangan.

Baca Juga: Jabar Siap Terapkan PPKM Mikro Darurat, Ini Skema yang Akan Diterapkan Ridwan Kamil

Untuk diketahui, salah satu janji kampanye yang menghantarkan Jokowi berhasil menjadi Presiden RI 2 periode adalah dagangan politik soal independensi pangan.

Janji kampanye Jokowi dalam memujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik yang masuk dalam Nawacita Jokowi-JK 2014 silam.

“Kita harus berani stop impor pangan. Stop impor beras, stop impor daging, stop impor kedelai, stop impor sayur, stop impor buah, stop impor ikan. Kita ini semuanya punya kok,” ucap Jokowi. ***

Editor: Tita Salsabila

Tags

Terkini

Terpopuler