PR TASIKMALAYA- Sektor pendidikan menjadi salah satu yang terdampak dalam setahun Indonesia dilanda wabah pandemi Covid-19. Banyak yang telah terkonfirmasi positif, hingga sektor lain juga mengalami kelumpuhan, seperti sektor kesehatan dan ekonomi.
Sebagaimana disampaikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sejak awal pandemi Covid-19 masuk di Indonesia, sebagai upaya pencegahan Covid-19 di klaster sekolah, Kemendikbud pun langsung meniadakan sistem pendidikan tatap muka di sekolah, dan menggantinya dengan proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau daring.
Proses pembelajaran secara daring atau berbasis internet selama Covid-19 ini, tentunya banyak dikeluhkan, baik dari pihak pendidik maupun orang tua pelajar.
Baca Juga: Ditanya Soal Kemungkinan Bertemu Kubu KLB di Kemenkumham, AHY: Senyumin Saja
Pasalnya, selama proses pendidikan dilakukan daring, tidak sedikit siswa yang tidak konsentrasi selama kegiatan belajar mengajar secara daring berlangsung.
Tak hanya itu, fakta-fakta mengejutkan juga ditemukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terkait proses pembelajaran daring berlangsung.
Dalam pemaparannya, KPAI menemukan fakta jika ada beberapa siswa putus sekolah karena berbagai hal mulai dari tidak ada biaya, meninggal, bahkan hingga kecanduan main game sejak proses pembelajran daring ini berlangsung di tengah pandemi Covid-19.
sebagaimana diberitakan Prfmnews.Pikiran-Rakyat.com dalam judul artikel "Pandemi Sebabkan Banyak Siswa Putus Sekolah, Beberapa Pilih Menikah, Bekerja, Hingga Kecanduan Game Online", hal itu diungkapkan oleh Retno.
"Karena ngobrol dengan guru dan kepala sekolah akhirnya terungkap bahwa banyak murid mereka itu ga bisa PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) akhirnya berbulan-bulan ga bisa daring," ungkap Retno saat on air di Radio PRFM 107,5 News Channel hari ini Senin, 8 Maret 2021.
"Kemudian keluar dari sekolah dan anak yang dilihat itu mereka ga bisa daring awalnya itu, ternyata mereka bekerja, ternyata menikah," lanjut Retno.
Baca Juga: Selamat Hari Perempuan Internasional! Simak 4 Cara Untuk Turut Merayakannya di Rumah
Di tahun 2020, kata Retno, jumlah anak yang putus sekolah karena menikah mencapai 119 kasus.
Sementara di tahun 2021, untuk putus sekolah karena menikah sudah ada 33 kasus sejak Januari hingga Februari 2021.
"Yang kedua, anak (putus sekolah) karena bekerja itu ada dua kasus," ujarnya.
Baca Juga: Sebut Partai Oposisi Selalu Jadi Target KLB, Pangi Syarwi: Ini Candu Berkuasa, Harus Dihentikan!
Selain itu, pada tahun 2021 ini ditemukan juga anak yang putus sekolah karena kecanduan main game online.
"Kemudian anak yang kecanduan game online juga ada dua kasus," terangnya.
Sementara anak yang putus sekolah karena meninggal dunia mencapai dua kasus.
Baca Juga: Perihal KLB Demokrat, Dede Yusuf: dalam Situasi Seperti ini, Kader Harus Lebih Solid dan Kompak
Baca Juga: Sebut Partai Oposisi Selalu Jadi Target KLB, Pangi Syarwi: Ini Candu Berkuasa, Harus Dihentikan!
Karena pandemi memberikan dampak pada kondisi ekonomi banyak keluarga, maka ditemukan juga anak yang putus sekolah karena menunggak biaya SPP.
"Anak yang menunggak SPP itu juga jumlahnya cukup tinggi karena ada 34 kasus. Karena dia nunggak SPP akhirnya dia dikeluarkan dari sekolah," jelasnya.
Karena terlalu lama PJJ, kata Retno, banyak anak merasa tidak sekolah. Akhirnya mereka pun ada yang memilih untuk bekerja ataupun menikah, terlebih banyak yang ekonomi keluarga mereka terdampak pandemi Covid-19.
Baca Juga: Pasca KLB Demokrat, AHY: Hari ini Kita Punya Musuh Bersama, Aktor Eksternal, Yaitu KSP Moeldoko
Dengan adanya temuan ini, Retno berharap pihak pemerintah daerah hadir untuk memberikan bantuan kepada siswa-siswa yang terdampak pandemi Covid-19.
"Pemerintah harusnya tidak hanya memberikan bantuan kuota karena anak yang miskin ga dapet karena gadget aja ga punya, apalagi kuota," terangnya.***(Rifki Abdul Fahmi/Prfmnews.Pikiran-Rakyat.com)