Agus berpendapat, pembangunan jalan kereta adalah sepenggal dari perubahan teknologi transportasi di zamannya.
Terlebih, pembangunan kereta di bumi Priangan oleh Kolonial Hindia Belanda mayoritas dilatarbelakangi kepentingan ekonomi.
Selain berperan sebagai jalur utama pengangkut penumpang, kereta juga digunakan untuk membawa produk perkebunan seperti teh dan kina.
Baca Juga: Waspada! Mewarnai Rambut Berisiko Terkena Kanker Payudara
Demikian juga saat lokomotif diesel mulai dipergunakan untuk menggantikan lokomotif uap di jalur lintasan Jakarta-Bandung di penghujung era 1950.
Djawatan Kereta Api, bibit PT Kereta Api Indonesia (KAI), mulai memperkuat struktur jembatan di Pulau Jawa, di antaranya adalah Jembatan Cikubang.
Penguatan struktur ini dilaksanakan pula tahun 1953 dengan memperbanyak penopang baja di pilar-pilar Jembatan Cikubang.
Pengukuhan struktur itu semakin terasa bermanfaat dengan jumlah kereta yang melintas semakin banyak setiap harinya.
Baca Juga: Anggap Indonesia sebagai Saudara Kandung, Ini Kata Dubes Korea Selatan
Pada laporan PT KAI, sebelum terjadinya wabah Covid-19, dalam sehari paling tidak ada 17 rangkaian kereta melangsungkan perjalanan rute Jakarta-Bandung atau sebaliknya, belum termasuk setidaknya 20 perjalanan kereta di luar lintasan jalur Jakarta-Bandung.***