Kisah Pilu Tahanan Guantanamo yang Ingin Kembali Ke Negaranya

- 22 Oktober 2020, 21:25 WIB
Ilustrasi Bendera Amerika Serikat
Ilustrasi Bendera Amerika Serikat /Pixabay / TayebMEZAHDIA

Kedua pejabat tersebut berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang untuk berbicara kepada pers. UEA tidak menanggapi pertanyaan AP.

Pakar hak asasi Perserikatan Bangsa-Bangsa menggambarkan pemulangan yang akan datang itu sebagai "pemulangan paksa," peringatan bahwa hal itu melanggar hukum internasional.

Pemindahan tahanan dengan tujuan negara Arab miskin yang tengah dilanda perang saudara yang sengit sejak enam tahun terakhir.

Baca Juga: BUMN Rombak Jajaran Direksi Bulog, Ubah Jumlah Redaksi Hingga Nomenklatur

Selain itu, penyiksaan dan penahanan sewenang-wenang tersebar luas di jaringan penjara rahasia yang dijalankan oleh berbagai faksi yang mengendalikan berbagai bagian negara.

Oleh karena itu Hussein yang merupakan salah satu saudara tahanan tersebut mengungkapkan, “Di sini pemerintah yang sah itu sendiri tidak aman. Siapa yang akan memimpin mereka? "

Keluarga tahanan kedua, Salem, berkata: "Kami khawatir mereka akan ditembak mati atau ditangkap segera setelah mereka menginjakkan kaki di Yaman."

Dan jika mereka bertahan, mereka mungkin rekrutan utama teroris di Yaman. Ibrahim al-Qosi, adalah mantan tahanan Guantanamo yang dipindahkan ke Sudan pada 2012 sebelum muncul sebagai pemimpin kelompok al-Qaeda di Yaman dua tahun kemudian.

Baca Juga: Digelar Hari ini, Berikut Strategi Trump dan Biden dalam Debat Capres Terakhir

Penahanan para pria tersebut juga diduga melanggar kesepakatan yang telah dibuat oleh pejabat AS ketika mereka dikirim ke UEA pada 2015-2017 karena masih terdapat kekurangan terutama dalam program transfer dan kegagalan pemerintahan Presiden Donald Trump untuk memastikan perlakuan manusiawi terhadap para tahanan.

Halaman:

Editor: Tita Salsabila

Sumber: AP News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah