Sebagian dari mereka percaya Tuhan ingin menyampaikan pesan agar manusia berubah, terlepas dari pendidikan, pendapatan, atau pun jenis kelamin mereka.
Sebagian umat beribadat di Amerika Serikat menghentikan layanan pribadi untuk melindungi kesehatan masyarakat ketika virus mulai menyebar.
Warga yang religius pun beralih ke pertemuan daring dan drive-in untuk tetap melaksanakan keyakinan mereka.
Mereka dengan afiliasi keagamaan secara teratur melakukan doa pribadi selama pandemi, dan melaksanakannya setidaknya setiap minggu.
Baca Juga: Peneliti Temukan Korelasi antara Vitamin D dengan Angka Kematian Pasien Akibat Covid-19
Secara keseluruhan, 82% orang Amerika mengatakan bahwa mereka percaya pada Tuhan, dan 26% orang Amerika mengatakan rasa iman atau spiritualitas mereka telah tumbuh lebih kuat sebagai hasil dari wabah. Hanya 1% yang mengatakan itu melemah.
Kathryn Lofton, seorang profesor studi agama di Universitas Yale, menafsirkan tingginya jumlah orang Amerika yang menganggap virus sebagai pesan dari Tuhan tentang perubahan.
Bahkan banyak orang Amerika yang menyebut takut jika mereka kita tidak berubah, kesengsaraan tersebut akan berlanjut.
"Ketika orang ditanya tentang Tuhan, mereka sering menafsirkannya segera sebagai kekuatan. Dan mereka menjawab pertanyaan dengan mengatakan, 'Di sinilah kekuatan untuk mengubah hal yang saya alami.'" kata Lofton.
Baca Juga: Makna Awan Berbentuk Bunga pada Spongebob Squarepants Terungkap, Teori itu Jadi Viral di Medsos