Banyak Negara Baru Tahap Awal Pandemi, WHO: Corona akan Bersama Kita untuk Waktu yang Lama

- 23 April 2020, 13:45 WIB
Direktur General WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada pertemuan Munich Security Conference di Jerman (15/2/2020). Tedros menyatakan optimismenya pada COVID-19 bisa dikendalikan.*
Direktur General WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada pertemuan Munich Security Conference di Jerman (15/2/2020). Tedros menyatakan optimismenya pada COVID-19 bisa dikendalikan.* /REUTERS/

PIKIRAN RAKYAT - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan, krisis virus corona tidak akan berakhir dalam waktu yang singkat.

Virus ini akan bersama dunia dalam waktu yang lama, mengingat beberapa negara saat ini masih dalam tahap awal pandemi.

Tak hanya itu, virus yang menginfeksi saluran pernapasan ini, juga telah merenggut 180 ribu jiwa, menyusul setidaknya 210 negara telah melaporkan kasus tersebut.

Baca Juga: Rumor Kim Jong Un Kritis Semakin Memanas, Media Korut Memilih Bungkam Seribu Bahasa

"Sebagian besar negara masih dalam tahap awal epidemi mereka. Dan beberapa yang terdampak di awal pandemi sekarang mulai melihat kemunculan kembali kasus-kasus," ujar Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebereyesus, seperti dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs AFP.

Lebih lanjut, Tedros juga mengingatkan, bagi sebagian besar negara yang telah mencabut pembatasan wilayah atau lockdown, jangan terlalu gegabah dan tetap ikuti panduan WHO dalam menjalankan aktivitas di luar rumah. Mengingat beberapa negara telah melaporkan serangan Covid-19 gelombang dua.

Baca Juga: Krisis Virus Corona Buat Raja Tinju MMA Temukan Hidayah, Wilhelm Ott Resmi Jadi Mualaf

"Jangan salah, kita masih harus menempuh jalan panjang. Virus ini akan bersama kita untuk waktu yang lama," kata Tedros pada konferensi pers virtual.

Sementara itu, Eropa yang disebut wilayah terpukul Covid-19 paling parah di dunia, memperlihatkan angka kematiannya meningkat dan menjadi tonggak sejarah suram, yaitu sebanyak 110.000.

Sementara, kematian di Amerika Serikat negara yang paling parah dihantam virus corona atau Covid-19 menembus angka 25.000.

Baca Juga: Dinantikan Umat Muslim, Berikut 4 Keistimewaan Bulan Suci Ramadhan

Kembali ke Eropa, di Spanyol, dilaporkan sedikit peningkatan untuk hari kedua dalam jumlah kematian Covid-19.

Pemerintah mengatakan tidak berharap untuk mencabut aturan penguncian wilayah ketat sampai pertengahan Mei, hingga virus corona di Spanyol benar-benar mereda.

"Kita harus sangat berhati-hati dalam fase ini," ujar Perdana Menteri Pedro Sanchez.

Baca Juga: Menurut Astrologi, Berikut 5 Zodiak yang Memiliki Sifat Paling Pemaaf

Sedangkan Jerman, yang tengah berada di urutan kelima dunia terbanyak kasus kematian dan terinfeksi, mulai mengizinkan toko untuk dibuka kembali, membuka harapan baru, menyusul uji coba vaksin untuk manusia akan dimulai pekan depan.

Berbeda dengan Jerman, Singapura jumlah kasus terinfeksi paling tinggi se-Asia Tenggara, memperpanjang aturan penguncian wilayah selama satu bulan kedepan hingga 1 Juni, karena negara-kota Asia yang berhasil mengendalikan wabahnya sejak dini telah terkena infeksi gelombang kedua.

Baca Juga: Seorang Fotografer Abadikan Momen Dua Penguin yang Sedang Nikmati Suasana Malam Melbourne

Bahkan, Direktur Pusat Pengendalian Penyakit AS juga memperingatkan warga Amerika untuk bersiap menghadapi wabah putaran kedua yang lebih ganas.

"Ada kemungkinan bahwa serangan virus pada bangsa kita pada musim dingin mendatang sebenarnya akan lebih sulit daripada yang baru saja kita lalui," ujar Robert Redfield kepada The Washington Post.

Baca Juga: Diduga Bingung Soal Teknis, Pemdes Minta Desa Tak Cemas Salurkan Bantuan Terdampak Corona

Kemudian Afrika Selatan, lebih dari 73.000 pasukan tambahan dikirim untuk memberlakukan penghentian sementara, pihak berwenang berjuang untuk menjaga orang-orang di dalam ruang terutama di kota-kota yang penuh dan sesak.

Meskipun kebijakan penguncian wilayah ini, dinilai WFP PBB akan menjadi ancaman serius bagi dunia, tingkat kelaparan yang tinggi akan banyak dilaprokan negara terdampak Covid-19.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: AFP


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah