Pemilih Pemilu Parlemen Turun, Iran Tuduh Wabah Virus Corona sebagai Propaganda yang Dimainkan Kubu Oposisi

- 24 Februari 2020, 21:23 WIB
IRAN mulai kewalahan dengan virus corona COVID-19 lantaran banyaknya korban tewas secara mendadak sehingga kota-kota sakral ditutup, bahkan Turki menutup perbatasannya dengan Iran.*
IRAN mulai kewalahan dengan virus corona COVID-19 lantaran banyaknya korban tewas secara mendadak sehingga kota-kota sakral ditutup, bahkan Turki menutup perbatasannya dengan Iran.* /AFP/Atta KENARE

PIKIRAN RAKYAT - Pemilihan Parlemen telah diselenggarakan Iran dan hasilnya diumumkan Pemerintah Iran pada Minggu, 23 Februari 2020.

Berdasarkan pengumuman itu menunjukkan penurunan pemilih dalam pemilu parlemen yang hanya mencapai 42 persen. Jumlah itu menjadi yang terendah sejak revolusi Iran pada 1979 silam.

Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com melalui situs Reuters, seorang pejabat tinggi Pemerintah Iran, Ayatolla Ali Khamenei menganggap wabah virus corona sebagai isu yang dimainkan oleh kubu oposisi untuk mencegah orang untuk memilih.

Baca Juga: Geger Isu Tuyul di Indihiang, Sekretaris MUI Kota Tasikmalaya Aminuddin Bustomi: Tuyul Jelmaan Jin Kafir yang Mengajak Manusia Terhadap Kekufuran

Pengumuman hasil pemilu yang menurun jumlahnya itu disampaikan langsung oleh Menteri Dalam Negeri Abdolreza Rahmani Fazli.

"Jumlah pemilih di seluruh negeri adalah 42,57 persen  sedangkan di Teheran itu sekitar 25 persen. Di seluruh Iran mencapai lebih dari 24 juta orang memilih," tutur Menteri Dalam Negeri Abdolreza Rahmani Fazli mengatakan pada konferensi pers yang disiarkan televisi lokal setempat.

Padahal jumlah suara yang didapat pada 2016 lalu bisa mencapai 62 persen. Sedangkan, pada 2012 mencapai 66 persen pemilih memberikan suara.

Baca Juga: Tak Lagi Jadi Wacana, DLH Kabupaten Tasikmalaya Resmi Luncurkan Armada 'UGD Sampah Berseka'

Hasil akhir yang diumumkan oleh Kementerian Dalam Negeri pada Minggu, 23 Februari 2020 menunjukkan keuntungan besar diperoleh para loyalis yang dekat dengan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

Di Teheran, pendukung Ayatollah memperoleh 30 kursi untuk ibukota dan mantan komandan Pengawal Revolusi elit Mohammad Bagher Qalibaf berhasil menduduki daftar teratas.

Riwayat karir Qalibaf sebagai komandan angkatan udara Iran, seorang veteran perang dan seorang kepala polisi nasional telah membuatnya disayangi pemimpin tertinggi Iran. Ini juga memperkuat peluangnya untuk menjadi juru bicara parlemen berikutnya.

Baca Juga: Tak Ingin Kecolongan Wabah Virus Corona, Pemerintah Indonesia Siap Jemput 188 WNI Kru Kapal Pesiar World Dream

Pada Jumat lalu, Khamenei mengatakan bahwa pemungutan suara adalah tugas agama, sehingga menyalahkan rendahnya jumlah pemilih pada propaganda negatif tentang virus corona baru oleh musuh-musuh Iran.

"Propaganda negatif tentang virus ini dimulai beberapa bulan yang lalu dan tumbuh lebih besar menjelang pemilihan," tulis Khamenei dalam situs resminya.

Media mereka tidak melewatkan kesempatan terkecil untuk mencegah pemilih Iran dan menggunakan alasan penyakit dan virus.

Baca Juga: Wabah DBD di Kota Tasikmalaya Lampaui 100 Kasus, Tiga Diantaranya Meninggal Dunia

Pemerintah Iran mengonfirmasi kasus pertama virus corona menjelang dua hari sebelum pemilihan. Pengumuman itu memuat data 43 kasus terdapat di empat kota berbeda dengan total delapan kematian. Bahkan berdasarkan data, Iran memiliki angka kematian tertinggi dari wabah virus corona di luar Tiongkok.

Parlemen tidak memiliki pengaruh besar pada urusan luar negeri atau kebijakan nuklir Iran yang ditentukan oleh Khamenei. Namun pemilihan parlemen itu mungkin meningkatkan pendukung Khamenei dalam kontes pemilu Presiden 2021 dan memperkuat kebijakan luar negeri Iran.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x