WHO Desak Dunia Agar Tidak Panik terhadap Varian Omicron: Situasi yang Berbeda dengan Tahun Lalu

- 4 Desember 2021, 09:23 WIB
Ilustrasi - Soal varian Omicron, WHO mendesak orang-orang di dunia agar tidak terlalu panik, megungkapkan situasi yang berbda dengan tahun lalu.
Ilustrasi - Soal varian Omicron, WHO mendesak orang-orang di dunia agar tidak terlalu panik, megungkapkan situasi yang berbda dengan tahun lalu. /Pixabay/geralt

PR TASIKMALAYA – Kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak orang-orang untuk tidak panik atas munculnya varian virus Corona Omicron.

WHO mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk menentukan apakah vaksin perlu dibuat ulang agar lebih mampu menahan varian Omicron.

Kepala ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan, mengatakan tidak mungkin untuk memprediksi apakah Omicron akan menjadi strain yang dominan.

Saat ini, Omicron telah meyebar di beberapa negara di Asia, Afrika, Amerika, Timur Tengah dan Eropa.

Baca Juga: Park Chorong Dituduh Jadi Pembully hingga Diperas, Begini Kata Pihak Pengacara

Di negara dimana Omicron pertama kali diidentifikasi, Afrika Selatan, varian itu telah menyebar hingga ke 7 dari 9 provinsi.

Akibatnya, banyak pemerintah negara telah memperketat aturan perjalanan untuk menghindari varian tersebut.

Swaminathan mengatakan Omicron sangat mudah menular dan mengutip data dari Afrika Selatan yang menunjukkan jumlah kasus berlipat ganda setiap hari.

"Seberapa khawatir? Kita harus siap dan hati-hati, jangan panik, karena kita berada dalam situasi yang berbeda dengan tahun lalu," katanya, dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Reuters.

Baca Juga: Cerita pada Nagita Slavina, Ashanty Mengira Alshad Ahmad seperti Dimas: Dikira Bukan Saudara Raffi

"Delta menyumbang 99 persen infeksi di seluruh dunia. Varian ini harus lebih menular untuk bersaing dan menjadi dominan di seluruh dunia. Itu mungkin, tetapi tidak mungkin untuk diprediksi," tambahnya.

Swaminathan menyebut bahwa masih banyak yang belum diketahui tentang Omicron untuk menyimpulkan tentang varian secara keseluruhan.

Direktur kedaruratan WHO, Mike Ryan, mengatakan tidak ada bukti yang mendukung perubahan vaksin untuk menyesuaikannya dengan Omicron.

"Saat ini, kami memiliki vaksin yang sangat efektif yang bekerja. Kami perlu fokus untuk membuatnya lebih merata. Kami perlu fokus untuk membuat orang yang paling berisiko divaksinasi," jelas Ryan.

Baca Juga: Sebut Perempuan Bukan 'Properti', Taliban Keluarkan Dekrit yang Melarang Pernikahan Paksa

Sementara itu, Ugur Sahin, CEO BioNTech Jerman, yang membuat vaksin Covid dengan Pfizer, mengatakan bahwa perusahaan harus dapat mengadaptasi suntikan dengan relatif cepat.

Sahin juga menuturkan vaksin saat ini harus terus memberikan perlindungan terhadap penyakit parah, meskipun ada mutasi.

“Saya percaya pada prinsipnya pada titik waktu tertentu kita akan membutuhkan vaksin baru terhadap varian baru ini. Pertanyaannya adalah seberapa mendesak,” tutur Sahin.

Australia menjadi negara terbaru yang melaporkan penularan komunitas dari varian Omicron, sehari setelah ditemukan di lima negara bagian AS.

Baca Juga: Marissya Icha Tolak Donasi Rumah Gala yang Capai Rp1,8 Miliar Dibagi untuk Orang Miskin, Ini Alasannya

Hampir 264 juta orang telah dilaporkan terinfeksi oleh virus Corona sejak pertama kali terdeteksi di Tiongkok tengah pada akhir 2019 dan 5,48 juta orang telah meninggal.

Jerman mengatakan akan melarang yang tidak divaksinasi dari semua kecuali bisnis penting, dan undang-undang untuk membuat vaksinasi wajib akan dirancang untuk awal tahun depan.

Beberapa negara, termasuk Inggris dan Amerika Serikat, mengajukan rencana untuk menawarkan suntikan booster, tetapi hal itu kontroversial.

Banyak ilmuwan mengatakan cara untuk menghentikan penyebaran virus adalah dengan memastikan negara-negara miskin memiliki akses ke vaksin, bukan memberikan suntikan booster menyeluruh kepada orang-orang di negara-negara kaya.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x