Peristiwa ini menunjukkan betapa rapuhnya pemerintahan di Swedia yang ditunjukkan dengan koalisi partai yang rapuh serta mosi tidak percaya yang dikeluarkan bulan Juni kemarin.
Baca Juga: Link Streaming Super Big Match Chelsea vs Manchester United di Liga Inggris pada 28 November 2021
Mosi tidak percaya yang dikeluarkan bulan Juni lalu berhasil menumbangkan PM Stefan Lofven yang kemudian digantikan oleh Nona Anderson sebagai pemimpin dari Partai Social Democrats.
Bukan cuma mengalami kekacauan di dunia politik, Swedia juga sedang dilanda kesulitan finansial akibat menerima lebih banyak pengungsi ketimbang negara-negara lain di Benua Eropa.
Jumlah pengungsi yang ditampung lebih besar jauh ketimbang pendapatan per kapita negara.
Baca Juga: Kemenkominfo Imbau Masyarakat Tak Bayar Utang ke Pinjol Ilegal: Nggak Usah!
Keputusan menampung banyak pengungsi ini diambil oleh mantan PM Stefan Lofven dan berhasil membuat Partai Sweden Democrats tidak puas lantaran menilai Swedia jadi kebanyakan penduduk yang ‘tidak diperlukan’.
Lengsernya dua perdana menteri dari Partai Social Democrats juga menandakan era baru dalam pemerintahan Swedia yang kini lebih aktif menyuarakan anti imigran juga tak lagi mau mendengar ocehan Uni Eropa.
Hingga saat ini, Swedia masih belum memilih perdana menteri baru sehingga mundurnya Nona Anderson dari jabatannya belum secara resmi disetujui.
Baca Juga: Citra Kirana Singgung soal Masalah Rumah Tangga dengan Rezky Aditya: Jangan Diambil Pusing