Sebagaimana diketahui, pada pertengahan Agustus lalu, Taliban berhasil mengambil alih Kabul dan mengumumkan pemerintahan sementara pada September setelah pasukan AS meninggalkan negara itu pada 31 Agustus.
Pada 29 Agustus, militer AS menargetkan kendaraan pekerja kemanusiaan, Zamari Ahmadi, dalam serangan pesawat tak berawak di dalam rumahnya di Kabul, yang diduga AS memiliki hubungan dengan ISIS/Daesh-Khorasan.
Kemudian, pada 17 September, AS mengakui bahwa serangan udara tersebut mengakibatkan kematian 10 warga sipil, termasuk seorang pekerja bantuan dan tujuh anak-anak.
"Kami sekarang menilai bahwa tidak mungkin kendaraan dan mereka yang tewas terkait dengan ISIS-K, atau merupakan ancaman langsung bagi pasukan AS," kata kepala Komando Pusat Jenderal Frank McKenzie, yang sebelumnya mengklaim bahwa Ahmadi memiliki hubungan dengan Daesh/ISIS-K.
McKenzie pun menyampaikan "belasungkawa yang mendalam" kepada keluarga para korban, dan mengatakan serangan itu dilakukan "dengan keyakinan yang sungguh-sungguh bahwa itu akan mencegah ancaman segera terhadap pasukan kami dan para pengungsi di bandara."
Baca Juga: Zikry Daulay Bertemu dengan Alvin Faiz dan Henny Rahman, Syakir Daulay: Jadiin Suprise
Namun, kerabat dari 10 orang yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak menolak itu "belasungkawa dan permintaan maaf" AS.
Bahkan, kerabat korban serangan AS itu menyebutnya sebagai kejahatan perang dan menuntut keadilan di bawah hukum internasional.***