Taliban Peringatkan akan Ada 'Konsekuensi' Jika Drone AS Tidak Berhenti Memasuki Wilayah Udara Afghanistan

- 29 September 2021, 22:00 WIB
Ilustrasi. Amerika Serikat (AS) diperingatkan oleh Taliban untuk tidak menerbangkan drone-nya di wilayah udara Afghanistan.
Ilustrasi. Amerika Serikat (AS) diperingatkan oleh Taliban untuk tidak menerbangkan drone-nya di wilayah udara Afghanistan. /Reuters/Parwiz

PR TASIKMALAYA- Kelompok Taliban telah memperingatkan konsekuensi jika Amerika Serikat (AS) tidak berhenti menerbangkan drone di atas wilayah udara Afghanistan.

Dalam sebuah pernyataan di akun media sosial Twitter milik juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, ia menuturkan bahwa AS telah melanggar hak dan hukum internasional atas pengoperasian drone di wilayah Afghanistan.

"AS telah melanggar semua hak dan hukum internasional serta komitmennya kepada Taliban di Doha, Qatar, dengan pengoperasian pesawat tak berawak (drone) ini di Afghanistan," kata Zabihullah Mujahid, dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari laman TRT Worlds.

Baca Juga: Hanya Tampil 20 Detik di Drama Squid Game, Lee Jung Jun Menyita Perhatian Penonton!

"Negara, di bawah hukum internasional, adalah satu-satunya pemilik kedaulatan teritorial dan udara mereka. Oleh karena itu, Imarah Islam sebagai satu-satunya badan hukum Afghanistan, adalah penjaga wilayah darat dan udara Afghanistan," jelasnya.

Tak hanya kepada AS, peringatan itu juga disampaikan Zabihullah Mujahdi berlaku kepada semua negara, yakni untuk memperlakukan Afghanistan sesuai dengan hak dan hukum internasional.

"Kami menyerukan kepada semua negara, terutama Amerika Serikat, untuk memperlakukan Afghanistan sesuai dengan hak, hukum, dan komitmen internasional ... untuk mencegah konsekuensi negatif apa pun," ujarnya.

Baca Juga: Polda Metro Jaya Konfirmasi Pemicu Kebakaran Lapas Kelas 1 Tangerang, Ada Pertambahan Jumlah Tersangka

Sementara itu, terkait peringatan Taliban tersebut, pejabat AS tidak segera tersedia untuk berkomentar.

Sebagaimana diketahui, pada pertengahan Agustus lalu, Taliban berhasil mengambil alih Kabul dan mengumumkan pemerintahan sementara pada September setelah pasukan AS meninggalkan negara itu pada 31 Agustus.

Pada 29 Agustus, militer AS menargetkan kendaraan pekerja kemanusiaan, Zamari Ahmadi, dalam serangan pesawat tak berawak di dalam rumahnya di Kabul, yang diduga AS memiliki hubungan dengan ISIS/Daesh-Khorasan.

Baca Juga: Lesti Kejora Lakukan Pernikahan di Rumahnya hingga Rizky Billar Pinjam Uang untuk Akad, Ustaz Subki: Duit Saya

Kemudian, pada 17 September, AS mengakui bahwa serangan udara tersebut mengakibatkan kematian 10 warga sipil, termasuk seorang pekerja bantuan dan tujuh anak-anak.

"Kami sekarang menilai bahwa tidak mungkin kendaraan dan mereka yang tewas terkait dengan ISIS-K, atau merupakan ancaman langsung bagi pasukan AS," kata kepala Komando Pusat Jenderal Frank McKenzie, yang sebelumnya mengklaim bahwa Ahmadi memiliki hubungan dengan Daesh/ISIS-K.

McKenzie pun menyampaikan "belasungkawa yang mendalam" kepada keluarga para korban, dan mengatakan serangan itu dilakukan "dengan keyakinan yang sungguh-sungguh bahwa itu akan mencegah ancaman segera terhadap pasukan kami dan para pengungsi di bandara."

Baca Juga: Zikry Daulay Bertemu dengan Alvin Faiz dan Henny Rahman, Syakir Daulay: Jadiin Suprise

Namun, kerabat dari 10 orang yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak menolak itu "belasungkawa dan permintaan maaf" AS.

Bahkan, kerabat korban serangan AS itu menyebutnya sebagai kejahatan perang dan menuntut keadilan di bawah hukum internasional.***

Editor: Arman Muharam

Sumber: TRT World


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x