Ribuan Buruh Garmen Ditahan di Pabrik, Cegah Ikut Demonstrasi Menentang Kudeta Myanmar

- 16 Maret 2021, 19:01 WIB
Ilustrasi. Ribuan buruh garmen Myanmar ditahan oleh supervisi karena khawatir para buruh akan turun ikut demonstrasi menentang kudeta militer.*
Ilustrasi. Ribuan buruh garmen Myanmar ditahan oleh supervisi karena khawatir para buruh akan turun ikut demonstrasi menentang kudeta militer.* /Reuters/STRINGER/REUTERS

PR TASIKMALAYA - Agar tidak ikut aksi unjuk rasa menentang kudeta miiter, supervisi di salah satu pabrik garmen di Myanmar menahan ribuan buruhnya di dalam pabrik.

Ribuan buruh yang bekerja di GY Sen, pabrik yang menyuplai kaus untuk Jenama Primark itu, dilarang meninggalkan pabrik karena dikhawatirkan akan ikut turun dalam aksi demonstrasi menentang kudeta yang dilakukan militer Myanmar.

Seperti diketahui, sejak Myanmar di kudeta oleh militer pada 1 Februari 2021 lalu, sudah lebih dari puluhan orang dari demonstran yang meninggal dunia karena ditembak oleh pasukan bersenjata pro militer ketika sedang melakukan unjuk rasa.

Baca Juga: BPK Temukan Ketidakberesan Keuangan di Kemendes PDTT, Wakil Ketua Komisi V DPR Berikan Teguran Keras

Aksi kudeta itu bermula dari kecurigaan militer yang mengklaim bahwa hasil dari Pemilu yang dimenenangkan oleh partai Aung San Suu Kyi pada bulan November tahun lalu telah dicurangi.

Meski pihak penyelenggara pemilu menilai bahwa klain kecurangan itu tak terbukti, namun militer tetap melancarkan aksi kudetanya.

Sebagaimana diberitakan Pikiran-Rakyat.com dalam judul artikel "Cegah Ikut Demonstrasi, Ribuan Buruh Garmen Myanmar Dikurung di Pabrik", kini sudah lebih dari puluhan orang dilaporkan tewas akibat bentrokan dengan aparat, ribuan yang lain ditahan.

Baca Juga: Tertua dalam Sejarah, Anthony Hopkins Dapat Nominasi Piala Oscar untuk Kategori Aktor Terbaik di Usia 83 Tahun

Dikutip Pikiran-rakyat.com (PR) dari The Guardian pada 13 Maret 2021, ribuan buruh garmen GY Sen dicegah oleh supervisi mereka turun berdemonstrasi di ibu kota Yangon pada 18 Februari 2021.

Lebih dari 1.000 buruh dikurung dalam pabrik, mereka baru dibebaskan beberapa jam berikutnya.

Para buruh juga melaporkan, sekitar 20 orang dipecat karena mangkir bekerja untuk ikut demonstrasi.

Baca Juga: Jokowi Tolak Soal Isu Tiga Periode, Jimly Asshiddiqie: Bukan Soal Minat dan Tidak, UUD Ada di Atas Presiden

Itu terjadi setelah banyak pekerja di Myanmar menolak masuk kerja demi berdemonstrasi.

Di sisi lain, juru bicara GY Sen menampik tuduhan mereka telah mengurung para pekerjanya di pabrik agar tidak berdemonstrasi.

Menanggapi isu ini, Primark sebagai pihak yang bekerja sama dengan GY Sen berjanji akan berkoordinasi dengan penyuplainya itu.

Baca Juga: Riz Ahmed, Muslim Pertama yang Berhasil Tembus Nominasi Piala Oscar untuk Kategori Aktor Terbaik

"Jika diperlukan, mungkin akan melibatkan pihak ketiga yang terpercaya. Jika memang ada aturan etik yang dilanggar GY Sen, maka kami akan bersama-sama mengatasi isu ini," sebut pernyataan resmi Primark.

Primark juga menyatakan komitmennya untuk berpihak terhadap para buruh.

"Kami percaya bahwa adalah tanggung jawab kami untuk melakukan semua yang kami bisa untuk mendukung buruh yang terlibat dalam rantai produksi."

Baca Juga: Apresiasi Sikap Jokowi Tolak Presiden Tiga Periode, Musni Umar: Kita Tutup dan Kembali Fokus Atasi Covid-19

Para buruh mengatakan, GY Sen sudah sering bermasalah dalam memperlakukan buruh yang bekerja untuknya.

Sebelum isu kudeta, isu lain yang jadi keluhan para buruh GY Sen adalah beban kerja yang berlebihan dan ancaman pemecatan jika menolak lembur.***(Rio Rizky Pangestu/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Arman Muharam

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x