Sudah Tak Hiraukan PBB dan Amerika Serikat, Israel Tetap Serang Gaza Selatan

5 Desember 2023, 12:39 WIB
Seorang tentara Israel mengatur arah jalan tank pada saat konvoi di tengah konflik dengan Palestina, menuju ke dekat perbatasan Israel dengan Gaza Selatan, 4 Desember 2023. /Reuters/Amir Cohen

PR TASIKMALAYA - Pasukan militer Israel dikabarkan tetap bersikukuh melakukan penyerangan ke wilayah Gaza Selatan. Terutama setelah gencatan senjata resmi selesai.

Menurut laporan Reuters, Selasa, 5 Desember 2023, serangan Israel di Gaza Selatan telah kembali menambah jumlah korban tewas dan luka-luka dari warga Palestina. Dimana hal itu, bertentangan dengan kemauan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Dalam hal ini, PBB meminta agar ada perlindungan warga sipil dalam penyerangan tersebut. Tak hanya itu, bahkan sekutu terdekat Israel, yakni Amerika Serikat juga memberikan pernyataan yang mengarah adanya desakan untuk perlindungan warga sipil di wilayah Gaza Selatan.

Menurut Amerika, serangan Israel di wilayah Selatan dinilai tidak akan mengulangi jumlah korban sipil yang lebih besar seperti di wilayah Gaza Utara.

Baca Juga: Salah Satu Bangunan di Gaza Diubah Jadi Sinagoge Yahudi oleh Tentara Israel

Meski semua imbauan itu telah diberikan, beberapa saksi yang terdiri dari warga sipil dan jurnalis menyatakan bahwa penyerangan tetap dilakukan. Sebuah serangan udara yang masif dilakukan di wilayah pesisir Gaza Selatan yang padat penduduk.

Menanggapi hal ini, Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric menilai bahwa serangan Israel ke wilayah itu hanya akan membuat kekhawatiran adanya bentrok yang lebih besar dengan kelompok Hamas.

Terlebih menurutnya, imbauan untuk mengungsi dari Israel juga tak benar-benar memberikan opsi yang baik bagi warga Palestina. Sebab dalam hal ini, mereka sudah nyaris tak memiliki tempat untuk berlindung sedikitpun.

“Sekretaris Jenderal sangat khawatir dengan kembalinya permusuhan antara Israel dan Hamas. Bagi orang-orang yang diperintahkan untuk mengungsi, tidak ada tempat yang aman untuk pergi, dan sangat sedikit tempat untuk bertahan hidup,” kata Dujarric menjelaskan sebagaimana dikutip dari Reuters, Selasa.

Baca Juga: Gencatan Senjata di Gaza Dimulai, Akankah Aktivitas Bersenjata Benar-benar Berhenti?

Setelah gencatan senjata resmi dinyatakan selesai, penyerangan Israel ke wilayah Gaza mulai bergerak ke arah Selatan. Hal itu menyusul dari selesainya mereka menguasai wilayah Gaza Utara sejak November 2023.

Dalam hal ini, kesaksian juga diberikan oleh sayap bersenjata jihad Islam yang merupakan sekutu Hamas. Mereka mengaku mengalami bentrok secara langsung dengan Israel di sebelah utara dan timur kota utama di Gaza, Khan Younis.

Tak hanya itu, beberapa warga juga melaporkan bahwa deretan tank Israel berjalan dan memutus jalur utama utara ke selatan Gaza. Dengan itu, mereka juga mengklaim bahwa jalur itu ditutup dan tengah menjadi medan perang.

Kepala Badan PBB untuk pengungsi Palestina di Gaza (UNRWA), Philipe Lazzarini menyatakan, bahwa operasi militer yang kini kembali dilanjutkan semakin menambah kengerian yang terjadi.

Baca Juga: Hari Pertama Gencatan Senjata: Truk-truk Bantuan Bahan Bakar Mulai Masuk Gaza

Proses evakuasi terhambat, terutama setelah ini para pengungsi semakin terbatas pergerakannya disebabkan oleh ruang berlindung yang semakin sempit. Selain itu, kebutuhan seperti makanan dan air juga akan semakin sulit.

“Perintah evakuasi mendorong masyarakat untuk berkonsentrasi di daerah yang luasnya kurang dari sepertiga jalur Gaza. Mereka membutuhkan segalanya; makanan, air, tempat berlindung, dan sebagian besar keselamatan. Jalan-jalan ke Selatan tersumbat,” katanya mengatakan.

Atas hal itu, Lazzarini menegaskan bahwa saat ini tidak ada satupun tempat aman yang tersisa di Gaza, seluruhnya. Semuanya telah dikuasai dan diserang. Baik itu di Rafah sebagai daerah yang dikenal aman, atau tempat-tempat perlindungan lainnya.

“Kami telah mengatakannya berulang kali. Kami mengatakannya lagi. Tidak ada tempat yang aman di Gaza, baik di Selatan atau barat daya. Baik di Rafah atau di zona yang diklaim sebagai zona aman (oleh Israel),” katanya menutup pembicaraan.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Tags

Terkini

Terpopuler