Menyalip Inggris, India Menjadi Negara Keempat Terburuk di Dunia Usai Lonjakan Kasus Covid-19

13 Juni 2020, 11:10 WIB
PEMANDANGAN kota Dharavi, Mumbai, India.* //DIVYAKANT SOLANKI/EPA

PR TASIKMALAYA - Infeksi virus corona di India telah melonjak dan menyalip jumlah kasus yang tercatat di Inggris.

Kini Negara India menjadi negara dengan dampak Covid-19 terburuk keempat di dunia.

India mencatat 297.535 infeksi pada hari Jumat 12 Juni 2020, melampau angka 292.860 yang ada di Inggris, menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins.

Baca Juga: Gugus Tugas Covid-19 Kota Tasikmalaya Putuskan Perpanjangan PSBB ke Tahap IV

Setelah berkembangnya infeksi pada bulan Mei dan Juni, India kini hanya berada di bawah Amerika Serikat, Brasil, dan Rusia.

Negara Asia Selatan ini memiliki salah satu tingkat pengujian terendah di dunia, dan hanya mendapat 3,78 tes per 1.000 orang.

Dikutip oleh PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs Bloomberg, angka ini jauh bila dibandingkan dengan Inggris yang memiliki persentase 53,53 tes per 1.000 orang.

Hal itu dibuktikan melalui angka Our World in Data yang diproduksi oleh University of Oxford dan Global Change Data Lab.

Baca Juga: Masih Banyak Daerah dengan Status Zona Kuning Covid-19, PSBB di Jawa Barat akan Tetap Diperpanjang

Hal ini justru membuat para ahli epidemiologi memperingatkan penghitungan virus India kemungkinan jauh lebih tinggi daripada angka resmi yang diinformasikan ke publik.

Kegagalan untuk meningkatkan pengujian dan mengidentifikasi infeksi, terlepas dari penguncian nasional yang ketat telah merugikan India.

India juga berada di peringkat 154 dari 195 negara dalam akses dan kualitas layanan kesehatan global, bahkan sebelum adanya virus.

Namun meski begitu, negara ini telah mencatat tingkat pemulihan yang lebih tinggi dan kematian yang lebih rendah.

Baca Juga: Rentan Terbawa Arus Politik, Netralitas ASN Jadi Sorotan Bawaslu Jelang Pilkada

Kekhawatiran akan peningkatan infeksi harian yang lebih tajam meningkat setelah India melonggarkan penguncian nasionalnya pada 8 Juni 2020.

Negara yang berpenduduk 1,3 miliar orang ini telah memulai kembali penerbangan antar negara dan membuka kota-kota untuk menjalankan kembali ekonomi yang tenggelam dan membuat bisnis hancur serta jutaan orang miskin terpuruk.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Bloomberg

Tags

Terkini

Terpopuler