Tak Lagi Bingung, Korea Selatan Kini Bisa Pilih antara AS dan Tiongkok di Tengah Persaingan Ketat

4 Juni 2020, 17:02 WIB
PRESIDEN Korea Selatan, Moon Jae-in meminta pemerintah untuk meningkatkan upaya permintaan dosmetik untuk antisipasi kegiatan ekonomi yang terguncang karena virus corona /Instagram.com/@moonjaein

PR TASIKMALAYA - Duta Besar Korea Selatan untuk Amerika Serikat (AS) mengatakan, negaranya sekarang berada dalam posisi untuk 'memilih' antara AS dan Tiongkok di tengah persaingan yang semakin ketat.

Sebelumnya, seperti dilaporkan PikiranRakyat-Tasikmalaya, Korea Selatan terjebak di tengah ketegangan perang dingin antara AS dan Tiongkok, di mana negeri Gingseng tersebut kesulitan untuk memilih akan memihak siapa, di saat kedua negara adikuasa itu sama pentingnya untuk Korea Selatan.

"Kami terjebak di tengah seperti udang di antara dua ikan paus. Kita harus melewati tali antara pertempuran AS dan Tiongkok untuk hegemoni global. Kami tidak dapat mengasingkan salah satu dari keduanya," ujar ekonom Choi Yang-oh di Hyundai Economic Research Institute.

Baca Juga: Meski Dilarang, Warga Hong Kong akan Peringati Tiannanmen Seluruh Kota di Tengah Pandemi Covid-19

Ketegangan AS dan Tiongkok berkobar mengenai pertanggungjawaban atas pandemi virus corona baru dan langkah Beijing untuk mengekang  kebebasan sipil di Hong Kong lewat Undang-Undang Keamanan Nasional.

Ada kekhawatiran, di mana Seoul merupakan sekutu Washington dan mitra strategis Beijing, mungkin menghadapi tekanan untuk bersatu di belakang kedua pihak.

"Sudah jelas, dalam tatanan internasional baru era pasca-corona, persaingan AS-China akan memegang tempat yang signifikan," kata Duta Besar Korea Selatan untuk AS Lee Soo-hyuck dalam konferensi pers virtual, dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Yonhap News Agency.

Baca Juga: Seorang Anak Tewas Diterkam Buaya di Hadapan Ayahnya Sendiri, Pencarian Jasad Berlangsung 8 Jam

Tak hanya itu, Lee Soo-hyuck juga merasa bangga karena sekarang mereka (Korea Selatan) adalah negara yang bisa memilih (antara AS dan Tiongkok) dan tidak dipaksa untuk memilih. 

"Seperti yang kami lakukan dalam tanggapan kami terhadap virus corona, jika kami dengan bijak menyelesaikan berbagai masalah sejalan dengan kepentingan nasional kami, berdasarkan pada demokrasi, partisipasi masyarakat, hak asasi manusia, dan keterbukaan, saya percaya kami akan bisa meningkatkan ruang diplomatik kami di masalah internasional utama," kata Lee.

Undangan Presiden AS Donald Trump ke Korea Selatan untuk menghadiri KTT Kelompok Tujuh (G7) yang diperluas adalah contohnya. Trump mengundang Korea Selatan, Australia, India, dan Rusia ke KTT G7.

Baca Juga: Meski Alami Penundaan Keberangkatan akibat Pandemi, KBIH di Tasikmalaya Tetap Buka Pendaftaran Haji

"Itu mencerminkan perubahan paradigma dalam tatanan dunia. Jika KTT G11 atau G12 diwujudkan, itu akan menjadi titik balik penting bagi tatanan baru di era pasca-corona," ujarnya.

Korea Selatan telah menerima undangan untuk mengambil bagian dalam membentuk dan mengelola tatanan dunia baru itu.

Terkait Semenanjung Korea, Lee menyebutkan, Korea Selatan dan AS terus berkomunikasi mengenai pembagian beban dan masalah di wilayah tersebut. 

Baca Juga: Lama Bungkam, Mattis Mencebik Trump dan Kecam Respon Militer Terhadap Kerusuhan Sipil

"Terutama ketika menyangkut Korea Utara atau program nuklirnya, Korea Selatan dan AS mengadakan diskusi yang bermakna untuk memastikan kami dapat menanggapi situasi apa pun," katanya.***

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: Yonhap News Agency

Tags

Terkini

Terpopuler