Lakukan Uji Coba Acak, Pekerja Kesehatan Inggris Mulai Uji Coba Hydroxychloroquine

22 Mei 2020, 15:05 WIB
OBAT Hydroxychloroquine.* /ANTARA

PIKIRAN RAKYAT - Para pekerja kesehatan Inggris mulai mengambil bagian dalam uji coba internasional untuk membuktikan apakah obat malaria chloroquine dan hydroxychloroquine berfungsi mencegah Covid-19.

Penelitian bernama COPCOV itu akan melibatkan lebih dari 40.000 tenaga medis yang bertugas di garda depan penanganan wabah yang berkontak dekat dengan pasien Covid-19, di Eropa, Afrika, Asia, dan Amerika Selatan.

Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Reuters, uji coba yang dipimpin Universitas Oxford itu dilakukan dengan bantuan dari Unit Penelitian Obat-obatan Tropis Mahidol Oxford (MORU) di Bangkok.

Baca Juga: Lomba Desain Poster Nasional BEM Umtas Tarik Animo Tinggi Para Peserta, Juara 1 Berbagi Cerita

Penelitian ini nantinya akan terbuka bagi peserta dari Inggris mulai Kamis dan dijalankan beberapa rumah sakit di Brighton dan Oxford.

“Kami sungguh tidak tahu apakah chloroquine atau hydroxychloroquine bisa bermanfaat atau justru berbahaya untuk melawan Covid-19,” kata Profesor Nicholas White dari Universitas Oxford, salah satu ketua tim penelitian.

Ia kemudian menambahkan bahwa cara terbaik mengetahui apakah obat itu efektif mencegah Covid-19 adalah dengan melakukan uji coba secara acak.

Baca Juga: Tak Kuat Jajal Jalur Menanjak, Sebuah Mobil Nyemplung ke Lahan Pesawahan

Nick Cammack, pemimpin percepatan pengobatan Covid-19 di Wellcome Trust menyatakan hal serupa.

“Jika, dan hanya jika, obat-obatan itu efektif, maka bisa ditingkatkan (produksinya) dan disalurkan ke seluruh dunia secepatnya,” kata Cammack.

Di Inggris, negara Eropa lain dan Afrika, para peserta akan diminta mengonsumsi hydroxychloroquine atau plasebo selama tiga bulan.

Baca Juga: Prioritaskan Kesehatan, Presiden Joko Widodo Putuskan Tidak Menggelar Open House saat Lebaran

Sementara peserta uji coba di Asia akan mendapat chloroquine atau plasebo.

Sejumlah 25 lokasi uji coba rencananya akan dibuka di Inggris hingga akhir Juni, menurut keterangan MORU, dengan rencana pendirian lokasi berikutnya di Thailand dan negara Asia Tenggara lain, Italia, Portugal, Afrika, dan Amerika Selatan.

Hasilnya diharapkan bisa diketahui akhir tahun ini.

Baca Juga: Jelang Hari Raya Idulfitri, KPK Keluarkan Enam Kebijakan untuk Para Tahanan

Permintaan pasar untuk obat hydroxychloroquine melonjak setelah Presiden AS Donald Trump mempromosikan penggunaan obat itu pada awal April, kendati sejumlah ahli justru tidak menyarankan demikian.

Otoritas AS telah mengizinkan penggunaan darurat hydroxychloroquine untuk pasien Covid-19, namun Badan Obat dan Makanan (BPOM) memperingatkan penggunaannya pada pasien di luar rumah sakit bisa memunculkan risiko gangguan detak jantung yang serius.***

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler