Jurnalis di Afghanistan Khawatirkan Aturan Baru yang Dikeluarkan Taliban: Media Hadapi Banyak Tekanan

30 September 2021, 09:49 WIB
Sejumlah Jurnalis dan Pekerja media berkumpul di Kabul, Afghanistan./ /REUTERS/Omar Sobhani/

PR TASIKMALAYA - Sejak Taliban mengambil alih Afghanistan sejak enam minggu lalu, jurnalis di Afghanistan alami rasa cemas.

Terlepas dari janji Taliban terkait media yang "Bebas dan independen", sejumlah jurnalis dan pekerja media ditahan dan alami penganiayaan fisik serta penyiksaan.

Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Aljazeera pada 30 September 2021, awal Pekan ini, kelompok Taliban akan mengeluarkan seperangkat peraturan terkait media yang baru.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Tasikmalaya Kamis 30 September 2021: Berawan di Siang Hari, Suhu hingga 32 Derajat

Namun, peraturan yang dikeluarkan tersebut membuat para jurnalis dan pekerja media khawatir.

Kekhawatiran jurnalis dan pekerja media terkait peraturan baru adalah bahwa Taliban bergerak menuju penyensoran media secara langsung.

Hal tersebut menghidupkan kembali terhadap ingatan akan aturan represifnya yang diberlakukan pada tahun 1990-an.

Baca Juga: Unggah Foto Bareng, Perut Lesti Kejora dan Aurel Hermansyah Dibandingkan Netizen: Kok Besaran…

Media memang menghadapi tantangan di bawah pemerintahan Afghanistan sebelumnya, termasuk saat pemerintaahn mantan Presiden Ashraf Ghani.

Jurnalis dan pekerja media sering mendapat kecaman karena kurangnya transparansi dan sikap bermusuhan terhadap media.

Meskipun media dan jurnalis di Afghanistan alami kesulitan, Afghanistan memiliki peringkat tinggi terkait kebebasan pers

Baca Juga: Jadwal TV Hari Ini Kamis, 30 September 2021: Trans TV, SCTV, NET TV, dan TVRI, Ada Film 'Power Rangers'

Peringkat kebebasan peers Afghanistan berada diatas Turki, Pakistan, Iran, India, Tajikistan, Uzbekistan dan Turkmenistan.

Namun sejak pengambilalihan oleh Taliban, para jurnalis merasa semakin sulit untuk beroperasi di bawah apa yang disebut "Imarah Islam" Taliban.

Sami Mahdi, seorang jurnalis televisi terkenal baru-baru ini menerbitkan sebuah laporan terkait keadaan media di bawah pemerintahan Taliban.

Baca Juga: Putri Anne yang Gila Kerja, Rupanya Miliki Menu Sarapan Ekstrim, Apa?

“Sejak hari Taliban mengambil alih Kabul, media telah menghadapi banyak tekanan dan kekerasan dari pihak Taliban … Hanya untuk melakukan pekerjaan sehari-hari mereka,” kata Sami Mahdi.

Sami Mahdi juga mengatakan bahwa “mengirim pesan yang jelas kepada media, bahwa mereka harus menjadi corong Taliban,” apabila jurnalis dan media ingin bertahan.

Sementara itu, lebih dari 150 outlet media telah ditutup karena takut meningkatnya intimidasi dari Taliban.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Lihat Kata Pertama dari Kumpulan Huruf ini untuk Mengetahui Siapakah Diri Anda

Penutupan tersebut juga terkait kurangnya dana sejak pemerintah internasional menghentikan bantuan ke Afghanistan setelah jatuhnya Kabul.

Bagi para jurnalis Afghanistan, pedoman baru yang dikeluarkan Taliban merupakan tanda langsung pertama dari upaya Taliban untuk memberangus media yang pernah berkembang pesat di negara itu.***

Editor: Tita Salsabila

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler