Taliban Siapkan Kabinet Baru Saat Batas Waktu Evakuasi Barat di Afghanistan Berakhir

29 Agustus 2021, 17:36 WIB
Juru bicara utama Taliban mengatakan bahwa kabinet baru di Afghanistan akan disiapkan setelah evakuasi AS dan sekutu berakhir. /REUTERS/Stringer

PR TASIKMALAYA- Taliban pada hari Sabtu, 28 Agustus 2021 mengatakan bahwa mereka sedang mempersiapkan kabinet baru di Afghanistan saat evakuasi Amerika Serikat (AS) mendekati waktu tenggat.

Pernyataan terkait pembentukan kabinet baru di Afghansistan itu disampaikan oleh juru bicara utama Taliban, Zabihullah Mujahid.

Juru bicara Taliban itu mengatakan pembentukan kabinet baru akan dilakukan ketika militer AS menghentikan misi evakuasi warganya dan warga Afghanistan dari bandara Kabul, menjelang batas waktu 31 Agustus.

 Baca Juga: Tiongkok Menyebut Laporan AS Tentang Asal-usul Covid-19 'Mendustakan'

Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari laman CGTN, namun, waktu pasti terkait pembentukan kabinet baru oleh Taliban tersebut masih belum jelas. Menurut Mujahid dalam pesan suara, susunan kabinet baru akan dibersihkan "dalam satu atau dua minggu."

Sementara itu, Prancis dan Inggris akan mengajukan resolusi pada pertemuan darurat PBB pada Senin di Afghanistan mengusulkan zona aman di Kabul untuk mencoba dan melindungi orang yang berusaha meninggalkan negara itu.

"Proposal resolusi kami bertujuan untuk menentukan zona aman di Kabul, di bawah kendali PBB, yang akan memungkinkan operasi kemanusiaan berlanjut," kata Presiden Prancis Emmanule Macron pada hari Minggu.

Baca Juga: Acara Tasyakuran Rizky Billar dan Lesti Kejora Singgung Soal Momongan, Ustaz Maulana: Tunggu Pengumuman Resmi

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengadakan pertemuan di Afghanistan dengan utusan PBB untuk Tiongkok, Rusia, Inggris, Prancis dan Amerika Serikat.

Macron mengatakan pada hari Sabtu bahwa Prancis mengadakan diskusi awal dengan Taliban tentang situasi kemanusiaan di Afghanistan dan kemungkinan evakuasi lebih banyak orang dari negara itu.

"Kami telah mulai berdiskusi, yang sangat rapuh dan awal, dengan Taliban mengenai masalah operasi kemanusiaan dan kemampuan untuk melindungi dan memulangkan warga Afghanistan yang berisiko," kata Macron dalam konferensi pers.

Baca Juga: Beberkan Tanggapan Soal Prosesi Pernikahan Rizky Billar dan Lesti Kejora, Kiki Saputri: Sedikit Disayangkan...

Pemerintah Prancis mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka telah menyelesaikan operasi evakuasi dari Kabul sesuai dengan jadwal itu tetapi akan terus membantu mereka yang membutuhkan perlindungan untuk meninggalkan Afghanistan.

Macron juga mengatakan Prancis akan mempertahankan pasukan di Irak sebagai bagian dari operasi anti-terorisme selama pemerintah Irak membutuhkan mereka untuk tinggal, terlepas dari apakah Amerika Serikat memutuskan untuk mundur atau tidak.

"Apa pun yang diputuskan Amerika, kami akan mempertahankan kehadiran kami untuk memerangi terorisme di Irak," katanya.

Baca Juga: Link Streaming Drakor Hometown Cha Cha Cha Episode 2: Hong Doo Shik Terkejut Melihat Yoo Hye Jin, Kenapa?

Pasukan militer AS, yang telah menjaga bandara di Kabul, akan ditarik pada Selasa. Prancis termasuk di antara negara-negara yang juga telah mengakhiri evakuasi dari bandara Kabul.

Sementara itu, pesawat Inggris terakhir dengan hanya warga sipil di dalamnya lepas landas dari Kabul pada hari Sabtu, meninggalkan ratusan warga Afghanistan yang memenuhi syarat untuk dimukimkan kembali.

Komandan militer AS percaya bahwa serangan teror lain seperti bom bunuh diri mematikan di bandara Kabul "sangat mungkin terjadi dalam 24-36 jam ke depan," Biden memperingatkan Sabtu.

Baca Juga: Berulang Kali Gagal, Ayu Ting Ting Akui Trauma Saat Ada Pria yang Mendekatinya: Gue Nggak Kayak Dulu

Lebih lanjut, Biden mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa serangan pesawat tak berawak AS yang menargetkan kelompok Negara Islam-Khorasan (ISIS-K), yang mengaku bertanggung jawab atas pembantaian hari Kamis di bandara, "bukan yang terakhir."

"Situasi di lapangan terus menjadi sangat berbahaya, dan ancaman serangan teroris di bandara tetap tinggi. Komandan kami memberi tahu saya bahwa serangan sangat mungkin terjadi dalam 24-36 jam ke depan," kata Biden.

Pada hari Minggu, hampir 170 orang, termasuk 13 anggota layanan AS, tewas setelah ledakan kembar mengguncang daerah di luar bandara Kabul di ibukota Afghanistan pada hari Kamis.***

Editor: Arman Muharam

Sumber: CGTN

Tags

Terkini

Terpopuler