Profesor FFUI Ungkap Ancaman Terpapar Covid-19 di Usia Produktif

7 Desember 2020, 12:49 WIB
Ilustrasi virus corona. /PIXABAY/fernandozhiminaicela

PR TASIKMALAYA - Covid-19 dapat memicu bahaya bagi penderita yang memiliki penyakit bawaan serta bagi orang-orang di usia produktif.

Hal itu disampaikan oleh Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI) Bidang Mikrobiologi Prof. Dr. Maksum Radji, M. Biomed., Apt.

"Apalagi dalam proses transmisinya yaitu pasien terinfeksi namun tidak menunjukan gejala, sehingga kita harus tetap melakukan protokol kesehatan, yaitu Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS); ikuti aturan pemerintah terkait 3M, dan kontrol ketat penyakit penyerta," ujar Maksum Radji.

Baca Juga: Menkominfo Perkenalkan Lima Juru Bicara Vaksin Covid-19, Ada Dokter Reisa hinga Wiku Adisasmito

Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Antara, Maksum menjelaskan, sistem kekebalan tubuh kita dikategorikan sebagai non-spesifik yang menjadi benteng utama dan terdiri dari fisik humoral (komplemen, interferon, TNF) seluler (fagosit dan NK).

Kemudian terdapat sistem pertahanan lain yang disebut adaptive immunity yang bisa muncul akibat paparan dari penyebab kuman, salah satunya ialah vaksinasi.

Hal ini juga bisa terjadi melalui paparan langsung secara alami. Sistem adaptif tersebut akan mendorong penyusunan antibodi yang akan menggerakan pertahanan imunitas seluler.

Baca Juga: Ustaz Maaher Bersumpah Tak Niat Menghina, Husin Shihab: Udah Dipenjara Minta Maaf

Ia menyebut, kekebalan komunitas (herd immunity) dapat diperoleh jika 60 sampai 80 persen masyarakat sebuah populasi tertular secara alami atau dari vaksinasi.

Apabila diakibatkan oleh penularan secara alami, maka dari total 268 juta warga, diperkirakan 160-215 juta warga akan terpapar, dan sekira 9.1 juta-12.2 juta di antaranya akan meninggal dunia (perhitungan case fatality rate (CFR) 5.7 persen).

"Untuk itu, mengingat tingginya CFR, maka saat ini para peneliti di dunia berkolaborasi dalam mempersiapkan vaksin.

Baca Juga: Buka Lapangan Pekerjaan, Kementerian PUPR Bangun 4 Proyek Prioritas

"Harapannya, vaksin dapat menstimulasi pembentukan antibodi terhadap penyebab Covid 19. Dengan mempertimbangkan CFR tersebut, herd immunity diharapkan dapat dicapai melalui vaksin," jelas Prof. Maksum.

Ia menambahkan, dengan adanya vaksinasi, masyarakat yang telah diimunisasi diharapkan supaya melindungi mereka yang belum menerima imunisasi.

Pada proses herd immunity dari vaksinasi, ketaatan akan protokol kesehatan harus tetap dilaksanakan hingga beberapa tahun mendatang sebab efektivitas faksin masih harus diuji setidaknya dalam enam bulan, satu tahun, atau bahkan lebih.

Baca Juga: Foto Maaher Menangis Beredar, Budiman Sudjatmiko: Jika Menangis, Lawanmu Tak Menghargaimu  

Prof. Maksum pun menerangkan, apabila vaksin telah dinyatakan aman oleh regulator, akan ada penerima yang diprioritaskan oleh pemerintah.

Pertama ialah tenaga kesehatan, kemudian mereka yang pernah berkomunikasi dekat dengan pasien positif, disusul oleh petugas publik yaitu ASN, lalu tenaga pendidik, dan terakhir masyarakat umum.

Ia menegaskan pentingnya usaha untuk menghindari paparan sebelum tersedianya vaksin atau efek post surveillance marketing setelah kabar vaksinasi dipublikasikan.

Baca Juga: Tiba di Indonesia, Presiden Jokowi Minta BPOM Tetap Uji Vaksin Covid-19 Sinovac

Prof. Maksum menyarankan supaya menaati Protokol 3M (mengenakan masker dengan benar, menghindari kerumunan, dan membasuh tangan dengan sabun atau cairan pembersih tangan).

Lalu, kesiap-sediaan pemerintah dalam menangani Covid-19, lembaga masyarakat yang senantiasa menjalankan protokol kesehatan, herd immunity diperoleh melalui vaksinasi, dan melaksanakan gaya hidup sehat.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler