Bayang-bayang Resesi Indonesia Semakin Nyata, Beginilah Dampaknya

- 30 September 2020, 19:07 WIB
Ilustrasi resesi.
Ilustrasi resesi. /PIXABAY/ Geralt

PR TASIKMALAYA - Tanda-tanda ekonomi memasuki zona resesi sebenarnya sudah terlihat sejak kuartal I 2020, dengan pertumbuhan ekonomi lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya.

Kemudian di saat dampak pandemi Covid-19 terkontraksi pada Kuartal II dan proyeksi negatif pada Kuartal III 2020.

Bagi Indonesia, dampak resesi ekonomi seperti tidak stabilnya kurs dolar, akan langsung menyebabkan rupiah menjadi melemah dan akan memukul pada sektor ekspor impor Indonesia.

Baca Juga: Bantah Seret ST Burhanuddin dan Hatta Ali, Pinangki Tulis Surat Permohonan Maaf

Dengan ketidakstabilan dolar AS mengakibatkan suku bunga juga akan meningkat, dampaknya terjadi inflasi akan tinggi.

Selain itu, minat investor langsung menurun dan diikuti pelaku pasar saham banyak keluar pasar modal.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira mengatakan, resesi ekonomi juga dapat diartikan sebagai tekanan dalam ekonomi baik pada sektor keuangan maupun sektor riil.

Baca Juga: Kemenparekraf Sediakan Akomodasi Indikasi Geografis untuk Kopi Arabika Dieng

Dampaknya menimbulkan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang berlanjut dan semakin merata di hampir semua sektor usaha.

Mulai dari perdagangan, transportasi, properti, hingga ke sektor industri akan melakukan efisiensi pekerja untuk tekan biaya operasional.

Hingga akhir tahun 2020, Bhima memperkirakan, setidaknya akan ada 15 juta pekerja yang terkena imbas sehingga harus di-PHK oleh perusahaannya.

Baca Juga: Liga 1 2020 Ditunda, Pelatih Persib Bandung Sempat Dibuat Bingung

Termasuk di antaranya startup yang namanya belakangan sedang melambung, juga akan berguguran.

Daya beli masyarakat yang menurun juga menyebabkan bertambahnya jumlah orang miskin. Sedangkan dampak sosialnya, angka kriminalitas juga meningkat.

Pemerintah Indonesia sejak awal pandemi telah kerja keras untuk mengatasi dampaknya terhadap kesehatan dan agar perekonomian nasional tidak tumbuh negatif.

Baca Juga: Luhut Binsar Pandjaitan Sentil Para Gubernur soal Keterlambatan BPJS Pasien Covid-19

Pemerintah pun meluncurkan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang mencakup bidang kesehatan, pemberian bansos, membantu UMKM, mendukung korporasi dan sektoral maupun perekonomian daerah.

Untuk penanganan Covid-19 dan stimulus mendukung Program PEN, Pemerintah menganggarkan dana sebesar Rp695,2 triliun.

Rinciannya, Rp87,55 triliun untuk anggaran kesehatan, perlindungan sosial Rp203,9 triliun, insentif usaha sebesar Rp120,61 triliun, menggerakkan sektor UMKM sebesar Rp123,46 triliun, pembiayaan korporasi Rp53,57 triliun, dan dukungan sektoral kementerian/lembaga dan Pemda sebesar Rp106,11 triliun.

Baca Juga: Terdampak Covid-19, Salah Satu Maskapai Penerbangan Terpaksa Lakukan PHK

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, tiga strategi agar Indonesia terhindari dari resesi yakni akselerasi eksekusi Program PEN, memperkuat konsumsi pemerintah, dan konsumsi masyarakat.

“Strategi percepatan penyerapan untuk kuartal III 2020 menjadi kunci agar kita bisa mengurangi kontraksi ekonomi atau bahkan diharapkan bisa menghindari dari technical ressesion yaitu dua kuartal negatif berturut-turut," kata Sri Mulyani.

Meski sejumlah kalangan ada yang memprediksi resesi akibat pandemi Covid-19 tidak separah dibanding resesi yang berujung krisis pada tahun 1998 dan 2008.

Halaman:

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x