CIPS: Nasib Tawar Petani Masih Lemah di Hari Tani Nasional

- 24 September 2020, 13:43 WIB
Ilustrasi: tampak seorang petani mengangkut benih padi siap tanam/
Ilustrasi: tampak seorang petani mengangkut benih padi siap tanam/ /pixabay/sasint

Sebelum sampai ditangan konsumen, beras lokal dari petani setidaknya harus melalui empat hingga enam pelaku distribusi.

Baca Juga: Bosan dengan Tubuh Gemuk? Berikut Tips Sarapan Ideal Menurut Ahli Nutrisi

Rantai distribusi beras lokal, justru di dalamnya keuntungan terbesar dinikmati oleh para tengkulak, pemilik penggilingan padi, atau pedagang grosir.

Hizkia Respatiadi dalam penelitiannya mencontohkan, di Pulau Jawa keuntungan berkisar 60-80 persen per kilogram. Sebaliknya, keuntungan yang didapat pedagang eceran hanya berkisar 1,8-9 persen per kilogram.

Selain rantai distribusi yang panjang, penyebab harga pangan di Indonesia lebih mahal karena ongkos produksi.

Baca Juga: Hoaks Elvy Sukaesih Meninggal Dunia, sang Anak: Astagfirullah, Alhamdulillah Umi Sehat

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rice Research Institute (IRRI), tahun 2016 ongkos produksi beras di Indonesia 2,5 kali lebih mahal dibandingkan dengan Vietnam, dan 2 kali lebih mahal dibandingkan dengan Thailand.

Rata-rata biaya produksi satu kilogram beras di Indonesia adalah Rp4.079, hampir 2,5 kali lipat biaya produksi di Vietnam (Rp1.679).

Sementara biaya produksi di Thailand Rp2.291, dan India Rp2.306. Biaya produksi beras di Indonesia juga lebih mahal 1,5 kali dibandingkan dengan biaya produksi di Filipina Rp3.224, dan Tiongkok Rp3.661.

Baca Juga: Mantan Direktur Keuangan Jiwasraya Diganjar Penjara Seumur Hidup

Halaman:

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x