Nilai Tren Ekonomi Indonesia Positif, Airlangga Hartarto: Sudah Lalui Titik Balik atau Turning Point

6 November 2020, 15:24 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, /Instagram/@airlanggahartarto_official/

PR TASIKMALAYA - Pemerintah kembali menyampaikan bahwa saat ini Indonesia memasuki zona resesi ekonomi.

Namun demikian, meski ekonomi kuartal III-2020 mengalami minus 3,49 persen, ini masih dinilai positif.

“Kita bisa melihat tren ekonomi kita sudah positif yang mana melewati rough bottom dan di kuartal ketiga minus 3,49 persen,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto saat konferensi pers virtual, Kamis, 5 November 2020, dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dalam PMJ News.

Baca Juga: Update Pilpres AS 2020: Trump Tuding Demokrat Raup Suara Ilegal

Menurutnya, saat ini beberapa ekonomi dunia sudah mengalami pemulihan. Walaupun saat ini masih terkontraksi.

“Singapura sudah mengalami pemulihan walaupun masih terkontraksi, lalu China juga udah positif ini menunjukkan trennya meningkat,” jelasnya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan Indonesia telah melalui titik balik dari resesi ekonomi yang terjadi di kuartal II-2020 dan kuartal III-2020.

Baca Juga: Nikmati Makan Kenyang dan Hemat dengan ShopeePay Deals Rp1

Pernyataan itu didasari oleh data ekonomi yang menunjukkan adanya pertumbuhan pada sejumlah sektor.

“Kita sudah melalui titik balik atau turning point. Telah kita lewati masa terburuk di kuartal II-2020. Sekarang tren perbaikan,” ungkap Sri Mulyani.

Ia menambahkan, saat ini pemerintah akan fokus perhatian pada akselerasi tren pemulihan dan pertumbuhan ekonomi ke zona positif.

Baca Juga: 3 Tips Aman Berenang di Masa Pandemi Covid-19

Berkaitan dengan hal tersebut, Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira turut menyampaikan pendapatnya.

Ia menilai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bisa berperan memulihkan perekonomian, salah satunya lewat penggunaan dana Corporate Social and Responsibility (CSR).

Menurut Bhima, dana CSR dapat membantu pemerintah dalam percepatan penanganan perlindungan sosial, serta penanganan kesehatan agar aktivitas dan pergerakan ekonomi dapat kembali normal.

Baca Juga: Bantah untuk Bungkam Gatot, Mahfud: Pemberian Bintang Mahaputera Bentuk Penghormatan

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen.

Kontraksi pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada dua kuartal berturut-turut ini membuat Indonesia resmi memasuki resesi.

"Kalau seluruh dana CSR dikumpulkan, bisa membantu pemerintah dalam percepatan penanganan perlindungan sosial, misalnya mungkin ada protokol kesehatan yang belum ketat, diberikan masker atau alat kontrol kesehatan," kata Bhima dalam webinar yang diselenggarakan INDEF, Kamis, 5 November 2020.

Baca Juga: Kepala Bappenas Dilaporkan ke KPK, Diduga soal Penerimaan Pesawat Pribadi

Namun demikian, Bhima tidak menampik bahwa BUMN sebagai lokomotif perekonomian nasional juga saat ini menghadapi masalah penurunan laba, akibat dampak pandemi Covid-19.

Oleh karena itu, Bhima menyarankan agar BUMN yang masih meraup profit dapat melakukan penyerapan tenaga kerja lebih banyak guna mendorong percepatan pemulihan ekonomi.

PT Telkom Indonesia, misalnya, juga dapat memberikan bantuan subsidi internet, khususnya kepada UMKM agar pelaku usaha tersebut dapat masuk dalam ekosistem digital.

Baca Juga: OCN akan Rilis Drama Baru, The Uncanny Counter Kisahkan Tentang Pemburu Iblis

"Telkom ini dibutuhkan sekali untuk mensubsidi masyarakat, internet misalnya yang lebih terjangkau kepada pelaku UMKM, khususnya sehingga banyak pelaku UMKM yang masuk dalam ekosistem digital dan bisa mempertahankan omzetnya," ungkap Bhima. ***

Editor: Tita Salsabila

Sumber: PMJ News

Tags

Terkini

Terpopuler