Heboh Ancaman Resesi 2023 di Indonesia, Prof Rhenald Kasali: Jangan Melebih-lebihkan

22 Oktober 2022, 17:00 WIB
Guru Besar FE UI, Prof Rhenald Kasali menanggapi isu Resesi 2023 yang belum lama ini banyak dibicarakan masyarakat Indonesia. /Pixabay.com/geralt

PR TASIKMALAYA - Prof Rhenald Kasali menanggapi isu Resesi 2023 yang kini sedang diperbincangkan masyarakat.

Menurut Rhenald Kasali, masyarakat mesti paham apa itu definisi dari Resesi 2023.

Rhenald Kasali menambahkan bahwa Resesi 2023 terkesan menakutkan, terutama bagi pengusaha.

Dalam kanal YouTube pribadinya, Rhenald Kasali meluruskan terkait informasi Resesi 2023.

Baca Juga: Dua Cara Melindungi Diri dari Resesi, Perhatikan Investasi!

"Resesi, ini adalah kata yang begitu menakutkan dan sering diucapkan belakangan ini," kata Rhenald Kasali pada 21 Oktober 2022, dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari kanal YouTube-nya.

Rhenald menjelaskan bahwa Indonesia sempat mengalami resesi saat pandemi Covid-19.

"Padahal kita baru saja mengalami peristiwa resesi, belum lama," terangnya.

"Ini adalah kejadian pada tahun 2020 ketika perekonomian kita mengalami kemunduran selama tiga kuartal berturut-turut," tambahnya.

Baca Juga: Luhut Binsar Pandjaitan Mendadak Sebut ‘Perang Rakyat Semesta’ saat Bahas Resesi 2023, Ada Apa?

Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini menjelaskan bahwa resesi adalah pertumbuhan ekonomi yang negatif dalam dua kuartal berturut-turut.

"Ketika pertumbuhan ekonomi suatu negara negatif selama lebih dari dua kuartal berturut-turut maka itu memasuki resesi," jelasnya.

Saat pandemi melanda, semua negara terkena resesi, termasuk Indonesia.

"Saat pandemi Covid-19, bangsa mana yang tidak mengalami resesi, semua mengalami," ungkapnya.

Baca Juga: Konsumsi Masyarakat Dinilai Dapat Akhiri Resesi, Pengamat Ekonomi UI: Pemerintah Harus Pacu Itu

Menghadapi hal tersebut, negara berupaya melakukan strategi agar bisa menyelamatkan perekonomian.

"Negara melakukan strategi meningkatkan utang dengan strategi defisit, pendapatan berkurang, pengeluarkan harus ditingkatkan," terangnya.

Rhenald mengaku prihatin dengan narasi Resesi 2023 yang disampaikan oleh tokoh publik belum lama ini.

"Resesi menjadi sangat menakutkan karena disampaikan oleh tokoh-tokoh publik, diterjemahkan oleh sejumlah orang maka akan terjadi PHK besar-besaran," ujarnya.

Baca Juga: Punya Citra Baik di Mata Investor, UU Ciptaker Dinilai Bisa Lengkapi Upaya PEN Hadapi Resesi

Beberapa tokoh publik tersebut memberikan saran agar menahan cash atau uang tunai.

"Kemudian diterjemahkan menjadi katanya jangan berinvestasi, tahan cash, penjualan online akan terganggu, tahan stok, jangan buat stok besar-besaran," jelasnya.

"Kalau beli mereka akan beli yang murah-murah," tambahnya.

Tidak hanya itu, mereka pun menyarankan untuk memotong biaya pemasaran.

Baca Juga: Inovasi dan Kreativitas Jadi Kunci Utama Stimulasi Ekonomi, DPR RI: Resesi Pasti Berlalu

"Menariknya lagi katanya jangan memberikan budget marketing," katanya.

Menurut Rhenald, ini bertentangan dalam dunia bisnis.

"Ini tentu bertentangan dengan apa yang ada di dalam dunia bisnis," jelasnya.

Rhenald mencoba meluruskan terkait Resesi 2023 ini.

Baca Juga: Resesi Ekonomi, Rizal Ramli: Kebijakan Ekonomi Super Konservatif dan Neoliberal yang Sudah Gagal

"Ada sejumlah kesalahan yang dilakukan sejumlah orang dalam memahami resesi," terangnya.

Resesi terjadi dalam perekonomian dengan skala yang lebih luas atau makro.

"Resesi adalah terminologi dalam makro ekonomi, sedangkan bisnis itu berjalan dalam landasan berbeda," jelasnya.

Rhenald menjelaskan bahwa ekonomi makro berlaku untuk skala negara, sedangkan bisnis ada dalam skala mikro atau ruang lingkup yang lebih kecil.

Baca Juga: Sebut Menkeu Gagal Tangani Resesi di Indonesia, Rizal Ramli: Ubah Strategi Atau Pecat Menteri

"Strategi negara tidak selalu bisa diterjemahkan ke dalam bisnis," ungkapnya.

"Bisnis adalah landasannya segmentasi," tambahnya.

Terkait Resesi 2023 ini, Rhenald memberikan pandangan bahwa masyarakat khawatir berlebihan.

"Jadi jangan overthinking, jangan melebih-lebihkan, kuasai dulu pengertiannya," terangnya.

Baca Juga: Covid-19 Sebabkan Indonesia Masuk Resesi Pertama Sejak 1998, Pengamat: Perekonomian Terpukul Parah

Rhenald pun menyoroti tokoh publik yang terkesan mendramatisir Resesi 2023 ini.

Sebelumnya, Presiden Jokowi menyatakan bahwa 2023 akan menjadi tahun yang 'gelap'.

"Apalagi ada yang mendramatisasi, 'Percaya deh omongan gue yang miskin makin miskin, yang susah makin susah'," ujarnya.

Menurutnya, kurang tepat jika resesi ini dibandingkan dengan kondisi bisnis.

Baca Juga: Bukan Solusi Resesi Ekonomi, Tagar #TolakOmnibusLaw Jadi Trending Topik Twitter

"Ya jangan begitu, situasinya tidak sama," jelasnya.

Menurut Rhenald, untuk menghadapi resesi tersebut, diperlukan mindset yang benar.

"Dalam suatu yang berbahaya pasti timbul kesempatan," jelasnya.

"Begitu badai berlalu, saya siap," jelas Rhenald Kasali terkait isu Resesi 2023 yang diperkirakan akan berdampak pada perekonomian Indonesia.***

Editor: Amila Yosalfa Fauziah

Tags

Terkini

Terpopuler