Cek Fakta: Hoaks Informasi Corona yang Dikaitkan dengan Universitas Johns Hopkins

30 April 2020, 14:15 WIB
Ilustrasi Coronavirus /Pixabay/.*/Pixabay

PIKIRAN RAKYAT - Sejumlah akun media sosial dan portal berita mengunggah informasi berisi poin-poin tentang virus corona baru dan informasi itu dikaitkan dengan Universitas Johns Hopkins, salah satu sumber informasi utama tentang Covid-19.

Seperti yang diunggah oleh akun Facebook bernama TiongHoa Indonesia pada 28 Maret 2020.

Dalam narasinya, akun tersebut menuliskan narasi tentang informasi yang berasal dari Irene Ken, seorang dokter yang anak perempuannya merupakan seorang asisten profesor dalam bidang penyakit menular di Universitas John Hopkins.

Baca Juga: Piala Thomas dan Uber Diundur, PSBI Belum Rancang Strategi, Budi: Menunggu Turnamen Lain

Tak hanya di Facebook, klaim yang sama juga dibagikan di beberapa akun Twitter dan Instagram.

Tak hanya media sosial, portal berita juga memuat informasi tersebut dengan kalimat yang sama persis.

Informasi dengan klaim yang sama dalam bahasa Inggris juga telah dibagikan lebih dari 2.000 kali dalam akun Facebook Mick Norton dan Intellectual Care.

Baca Juga: Karyawan 'Nganggur' Imbas Covid-19 Capai 4.000 Orang, Kartu Prakerja Sulit Diandalkan

Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari AFP Indonesia, Universitas Johns Hopkins menyajikan data statistik tentang Covid-19 termasuk angka kematian, jumlah kasus dan informasi lain yang berguna baik bagi pembuat kebijakan maupun masyarakat umum.

Dengan demikian, mengutip nama kampus tersebut dapat membuat informasi terlihat lebih meyakinkan.

Namun, Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins mengatakan bahwa lembaga itu tidak ada kaitannya dengan poin-poin dalam unggahan tersebut.

Baca Juga: Imbas Covid-19 di Denmark, Perhelatan Piala Thomas dan Piala Uber 2020 Diundur ke Oktober

Dalam akun Facebook miliknya, pihak universitas mengatakan bahwa banyak sekali rumor yang mengutip ahli imunolgi dan penyakit menular dari kampus tersebut dan menyebar selama masa krisis pandemi Covid-19.

Seorang juru bicara Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins juga mengatakan “kami tidak punya informasi” apakah Irene Ken atau putrinya benar-benar ada.

Beberapa poin dalam unggahan itu juga problematik. AFP menjabarkan poin-poin tersebut di bawah ini.

Baca Juga: Cek Fakta: Viral Video Gadis Garut Pingsan karena Mengidap Corona, Ternyata Putus Cinta

Virus ini mengubah sel menjadi ‘penyerang’ dan ‘pengganda’

Klaim: “Virus ini bukan suatu makhluk hidup, tetapi suatu molekul protein (DNA) yang tertutup oleh lapisan lemak pelindung, yang bila diserap oleh sel-sel lendir di mata, hidung atau rongga mulut, akan berubah struktur gen-nya (bermutasi), dan mengubahnya menjadi sel-sel penyerang dan pengganda.”

TANGKAPAN layar unggahan menyesatkan.* /AFP

Virus mati sendiri bergantung pada temperatur dan kelembaban

Klaim: “Karena virus ini bukan makhluk hidup, tetapi molekul protein, virus ini tidak dibunuh, tetapi membusuk dengan sendirinya. Waktu penguraiannya tergantung pada temperatur, kelembaban, dan jenis bahan apa yang ditempeli.”

“Seperti disebutkan, hancurnya atau hilangnya kemampuan virus untuk menginfeksi bergantung pada temperatur, kelembaban dan jenis benda yang dihinggapinya,” ujar Keitel yang merupakan profesor virologi molekuler dan mikrobiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Baylor.

Baca Juga: Akibat Pandemi Covid-19, Delapan Daerah di Jawa Barat Tunda Pilkada Serentak 2020

Virus ini rapuh, sehingga sabun atau deterjen adalah ‘obat terbaik’

Klaim: “Virus ini sangat rapuh, satu satunya yang melindungi adalah lapisan tipis lemak di bagian luar. Itu lah sebabnya sabun atau detergent apapun adalah obat penangkal yang paling bagus, karena busa menghilangkan lemak (itu lah sebabnya kita harus banyak menggosok selama 20 detik untuk membuat banyak busa). Dengan melarutkan lapisan lemak, molekul protein terurai sendiri.”

“Sabun dan deterjen adalah cara efektif untuk membantu menghilangkan virus dari tangan,” kata Keitel, namun “meskipun deterjen diperlukan untuk menghilangkan kotoran dan bisa memiliki efek dalam inaktivasi virus, efek utamanya adalah gesekan (menggosok permukaan) dan membersihkan virus.”

Panas melelehkan lemak, sehingga air panas membantu melawan virus

Klaim: “Panas melelehkan lemak, jadi sangat bagus memakai air di atas suhu 25°C untuk mencuci tangan, baju dan apapun. Air panas juga membuat lebih banyak busa dan membuatnya lebih berguna.”

Baca Juga: Masih Tak Peduli Larangan Mudik, Para Pemudik dari Zona Merah ke Ciamis Capai Puluhan Ribu

Poin ini menyesatkan; meskipun virus ini sensitif terhadap panas, Keitel mengatakan “temperatur yang cukup untuk menonaktifkan virus sepertinya akan terlalu panas untuk dipakai cuci tangan.”

“Tangan bisa dicuci dengan air hangat atau dingin asalkan menggunakan sabun dan durasi mencuci tangan mencapai kurang lebih 20 detik,” katanya.

Gunakan campuran alkohol di atas 65%

Klaim: “Alkohol atau campuran apapun dengan alkohol 65% akan melarutkan lemak apapun, terutama lapisan lemak luar virus ini.”

Baca Juga: Cegah Kerumunan Saat Ngabuburit, Sejumlah Ruas Jalan di Singaparna Ditutup Sementara

Keitel menyatakan, “Alkohol dipercaya mampu menghancurkan protein virus dan mengganggu lapisan lipid (lemak) yang menjadi bagian pelindung virus.”

Merekomendasikan campuran pemutih

Klaim: “Campuran 1 bagian larutan pemutih dengan 5 bagian air langsung memecah protein dan memecahnya dari dalam.”

Poin ini benar, namun takarannya berlebihan.

Baca Juga: Cek Fakta: Hoaks Penawaran Pengurusan Kelonggaran Pinjaman oleh OJK, Simak Faktanya

Manfaat air teroksidasi

Klaim: “Air yang teroksidasi bisa membantu tapi hanya setelah sabun, alkohol dan klorin dipakai, karena peroksida melarutkan lemak tapi kita harus memakainya dalam keadaan murni dan itu akan melukai kulit kita.”

Pembunuh bakteri tidak dapat membunuh virus corona

Klaim: “Tak ada pembunuh bakteri yang berfungsi. Virus bukan makhluk hidup seperti bakteri, apa yang tak hidup tak bisa dibunuh dengan antibiotik, hanya bisa diuraikan strukturnya dg cepat dengan bahan bahan yg sudah disebut di atas.”

Poin ini benar, kecuali produk tersebut juga dibuat untuk membunuh virus.

Baca Juga: Charlie Puth hingga Morgan Freeman Rayakan Hari Jazz Internasional dengan #JazzDayatHome

Jangan mengebutkan baju bekas pakai atau memakai kemoceng

Klaim: “Jangan mengebutkan baju, seprei atau kain baik yg sudah maupun yg belum dipakai. Meskipun virus ini melekat pada permukaan berpori, virus ini sangat tidak aktif dan terurai hanya dalam 3 jam (pada kain dan benda berpori), 4 jam (pada tembaga).

"Karena bersifat antiseptik secara alamim (sic) dan pada kayu, karena kayu menghilangkan kelembaban dan menjaga agar virus tidak lepas dan mengurai), 24 jam pada karton, 42 jam pada logam, dan 72 jam pada plastik.

"Tapi kalau kita menggoyangkan atau mengebutkannya, atau memakai kemoceng, molekul virus akan mengapung di udara sampai selama 3 jam dan bisa menempel di hidung kita.”

Rekomendasi tersebut akurat jika benda yang dimaksud terkontaminasi virus.

Baca Juga: BERITA BAIK, Tak Ada Penambahan Kasus Pasien Positif Covid-19 di Kota Tasikmalaya

Virus corona tetap stabil di udara dingin

Klaim: “Molekul virus tetap sangat stabil di dinginnya udara luar atau udara dingin tak alami seperti dari AC di rumah dan dalam mobil. Virus ini juga perlu kelembaban untuk tetap stabil dan terutama butuh keadaan gelap. Jadi lingkungan yang kering, tak lembab, hangat dan terang akan melenyapkan virus ini lebih cepat.”

Virus corona “tetap stabil dalam freezer bersuhu -80 derajat Celcius, namun cenderung runtuh pada suhu yang lebih tinggi termasuk dalam freezer rumahan bersuhu -20 derajat Celcius,.

Sinar UV dapat dipakai untuk mensterilkan masker

Klaim: “Sinar UltraViolet pada benda apa pun bisa memecahkan protein virus ini. Misalnya, untuk mensterilkan dan memakai kembali masker, cara ini bagus sekali. Hati2.. sinar UV juga memecahkan kolagen (kolagen juga protein) pada kulit dan bisa nantinya menyebabkan kerutan dan kanker kulit.”

Baca Juga: Jadwal dan Materi Belajar dari Rumah pada Kamis, 30 April 2020 di TVRI

Sinar ultraviolet (UV) dapat “menonaktifkan” virus, namun Keitel mengatakan masyarakat umum tidak dianjurkan menggunakan metode ini.

Keitel mengatakan bahwasinar UV memiliki beberapa cara potensial menonaktifkan virus, termasuk memberi efek pada protein dan materi genetik.

Virus corona tidak dapat menembus kulit sehat

Klaim: “Virus ini tidak bisa menembus kulit sehat.”

Baca Juga: Sempat Kejar-kejaran dengan Korban, Pencuri Ponsel Babak Belur Dihajar Massa

Hal ini benar namun alasannya tidak tepat. Karena tidak ada sel dengan kecocokan reseptor virus di kulit, sehat maupun tidak sehat, jadi virus tidak dapat menginfeksi.

Menurut Keitel saat ini tidak ada bukti virus corona dapat menembus kulit sehat dan perlu ada luka pada kulit untuk membuat banyak virus masuk ke tubuh melalui kulit.

Jangan gunakan cuka melawan virus

Klaim: “Cuka tidak berguna karena cuka tidak bisa memecah lapisan lemak pelindung virus.”

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah WHO Sebut Penularan Corona Bisa Melalui Udara? Faktanya Berbeda

Benar bahwa cuka tidak direkomendasikan, namun menurut Keitel hal ini semata karena tidak ada data yang mendukung kalau cuka efektif melawan virus corona, dan cuka juga bisa merusak permukaan benda.

Alkohol dengan konsentrasi rendah tidak efektif

Klaim: “Tak ada minuman beralkohol atau Vodka yang berfungsi vodka yang paling keras mengandung paling banyak 40 persen alkohol dan kita butuh yang 65 persen.”

Pada umumnya hal itu adalah benar, namun ada sekurangnya satu vodka yang 96 persen mengandung etanol dan itu boleh saja digunakan.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Tasikmalaya, 30 April 2020: Cineam dan Tawang Waspada Hujan Ringan

“Menggunakan spiritus sebagai disinfektan tidak dianjurkan dan belum diteliti. Mengonsumsi alkohol untuk tujuan ini sangat tidak dianjurkan,” kata Keitel.

Listerin efektif melawan virus corona

Klaim: “Listerine akan berfungsi karena listerine berkadar alkohol 65 persen.”

Namun, listerin belum pernah diuji coba melawan virus corona. Kemudian tidak semua listerin mengandung alkohol. Kandungan alkohol pada listerin tidak melebihi 20 prsen, sangat jauh dari kadar yang dianjurkan untuk tujuan disinfektan.

Baca Juga: Melaksanakan Puasa sambil Berobat? Ikuti Tips Waktu Tepat Minum Obatnya

Konsentrasi virus lebih tinggi pada ruang tertutup

Klaim: “Makin tertutup suatu ruang, makin banyak virus terkonsentrasi di situ. Makin terbuka atau makin alami ventilasi ruangan, makin sedikit virus terkumpul di situ.”

Hal itu tidak benar, yang lebih penting adalah jarak antar orang. Karena virus corona umumnya menyebar lewat percikan kecil (berdiameter sekitar 10 mikron) dari batuk atau bersin dan percikan ini berada di udara dalam waktu yang tidak lama dan umumnya jangkauannya kurang dari 6 kaki (182 cm).

Cuci tangan

Klaim: “Hal ini sudah paling sering dikatakan, tapi kita tetap harus mencuci tangan sebelum dan setelah menyentuh lendir/mukus, makananm (sic) kunci2, kenop2, switch, remote control, hape, jam tangan, komputer, meja, TV dll.. juga setelah ke toilet/kamar mandi.”

Baca Juga: Tidur Setelah Sahur Ternyata Mengundang Berbagai Jenis Penyakit, Salah Satunya Diabetes

Lembabkan tangan

Klaim: “Kita harus melembabkan tangan yang kering karena terlalu sering cuci tangan karena molekul virus dapat bersembunyi dalam retakan retakan sangat kecil di kulit tangan. Makin kental pelembabnya, makin bagus.”

Jaga agar kuku tetap pendek

Klaim: “Juga, jagalah agar kuku pendek sehingga virus tak bersembunyi di sela kuku.”

Virus ini menyebar lewat jalur pernapasan dan panjangnya kuku tidak ada hubungannya dengan hal ini.***

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: AFP

Tags

Terkini

Terpopuler