Mengenal 'GeNose', Alat Pendeteksi Covid-19 Buatan UGM

- 15 Oktober 2020, 14:43 WIB
GeNose, alat pengendus Covid-19.
GeNose, alat pengendus Covid-19. /Dok. BRIN/

PR TASIKMALAYA - Universitas Gadjah Mada membuat sebuah terobosan baru karya anak bangsa, yaitu alat pendeteksi virus Covid-19 yang diberi nama GeNose.

GeNose ini dapat digunakan untuk mendeteksi alat Covid-19 secara cepat dan akurat.

Pada kesempatan itu, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X langsung mencoba alat diagnosis cepat infeksi Sars-Cov2 buatan UGM tersebut.

Baca Juga: Tanggapi Seruan ‘Mosi Tidak Percaya’, TB Hasanuddin: Jaka Sembung Naik Ojek

Dilakukan dengan hembusan nafas ke dalam masker non-rebreathing yang akan disambungkan dengan perangkat GeNose.

"Dalam pertemuan ini kami menyampaikan progress dari inovasi GeNose yang sekarang dalam proses untuk uji klinis, uji diagnosis, dan menunggu izin edar dari Kementerian Kesehatan," kata Rektor UGM, Ir. Panut Mulyono, Kamis 15 Oktober 2020.

Diketahui, GeNose adalah hidung elektronik yang bekerja dengan sistem penginderaan atau sensor untuk mengenali pola senyawa.

Baca Juga: Aktor 'The Swordsman' Jang-Hyuk: Aku Merasa Damai di Bali

GeNose dirancang untuk mengenali pola Volatile Organic Compound yang terbentuk dari infeksi Covid-19 dan terbawa dalam nafas manusia.

GeNose memiliki sejumlah keunggulan sebagai alat deteksi cepat Covid-19, yaitu reliabilitas tinggi karena menggunakan sensor yang dapat dipakai hingga puluhan ribu pasien dalam jangka lama.

Mampu memberikan hasil dalam waktu yang relatif cepat, non-invasif, serta memerlukan biaya pengujian yang murah menggunakan masker non-rebreathing dan hepa filter sekali pakai.

Baca Juga: Kemendikbud Buka Pendaftaran Program Guru Penggerak Gelombang 2, Cek Disini!

Di sisi lain, anggota tim peneliti GeNose, yakni dr. Dian Kesumapramudya menerangkan bahwa GeNose dapat digunakan sebagai salah satu metode skrining bersama rapid test serta PCR.

Meski begitu, sejumlah tahapan masih harus dilalui sebelum alat ini dapat mulai diproduksi secara massal. Proses uji diagnosis rencananya akan mulai dilakukan dalam minggu ini, dan diharapkan proses produksi dapat dimulai pada pertengahan November mendatang.

"Harapannya November sudah mulai bisa produksi massal, setelah alat ini dipresentasikan ke Kementerian Kesehatan. Ada prosedur-prosedur yang harus dilalui, dan ini butuh waktu," terangnya.

Baca Juga: Soal Vaksin Covid-19, Pemerintah Hanya Beli Bahan Baku dan Diproduksi di Indonesia

Untuk uji diagnosis sendiri, Dian menerangkan bahwa diperlukan sebanyak 1.600 subjek dengan 3.200 sampel. Sampel ini akan diambil dari sembilan rumah sakit, termasuk di antaranya RSUP dr. Sardjito, Rumah Sakit Akademik UGM, dan RSPAU Hardjolukito.

Sebelum dilakukan uji diagnosis, alat ini sebelumnya telah melalui uji profiling dengan menggunakan 600 sampel data valid, dan menunjukkan tingkat akurasi tinggi, yaitu 97 persen.

Dian menerangkan, karena alat ini menggunakan sistem artificial intelligence, semakin banyak tes yang dilakukan maka tingkat akurasi juga akan semakin meningkat.

Baca Juga: Dibanding Negara G-20 Lain, Utang Luar Negeri Indonesia Masih Realtif Rendah

"Dan melalui uji diagnosis yang akan dilakukan selama beberapa minggu ke depan, nantinya akan diperoleh hasil yang menunjukkan apakah produk ini layak untuk digunakan sebagai alat kesehatan yang akurat," pungkasnya.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x