Lubang Ozon Membesar, Para Ahli Peringatkan soal Penggunaan Bahan Kimia

- 12 Oktober 2020, 15:20 WIB
PERUBAHAN lapisan ozon di kutub utara (Arktik): Lubang ozon di Antartika semakin meluas, para ahli ingatkan kembali tiap negara terkait penggunaan bahan kimia yang bisa merusak ozon.
PERUBAHAN lapisan ozon di kutub utara (Arktik): Lubang ozon di Antartika semakin meluas, para ahli ingatkan kembali tiap negara terkait penggunaan bahan kimia yang bisa merusak ozon. /NASA via Science News/

PR TASIKMALAYA - Ozon adalah molekul gas yang tersusun dari tiga atom oksigen yang secara alami terdapat di atmosfer bumi dan menyerap radiasi sinar ultraviolet pada panjang gelombang tertentu.

Program observasi European Union’s Earth menyebut, lubang ozon di atas Antartika membengkak ke ukuran terbesar dan level terdalam selama beberapa tahun terakhir.

Dilansir dari Wate, para ahli di Copernicus Atmospheric Monitoring Service menyatakan, pusaran kutub yang kuat, stabil, dan dingin, telah mendorong terjadinya ekspansi lubang ozon.

Baca Juga: Jakarta Terapkan PSBB Transisi, Rupiah Awal Pekan Diprediksi Menguat

Mereka menyerukan upaya internasional yang lebih besar, untuk memastikan setiap negara mematuhi kesepakatan internasional menghentikan penggunaan bahan kimia perusak lapisan ozon.

Vincent-Henri Peuch, yang mengepalai Copernicus Atmospheric Monitoring Service mengatakan bahwa ukuran lubang ozon ini terbesar dalam 15 tahun terakhir.

Sebagai gambaran, di tahun 2000 saja, lubang ozon di atas Antartika luasnya 11,5 juta mil persegi atau setara tiga kali luas Amerika Serikat.

Baca Juga: Sejumlah Ormas Islam akan Ikut Demo Sesi 2 Besok, Muhammadiyah dengan Tegas Tolak Berpartisipasi

Jadi bisa dibayangkan seluas apa lubang ozon yang mencetak rekor kali ini. Penipisan ozon di benua Antartika pertama kali mulai tampak pada tahun 1985.

Juru bicara Clare Nullis dari World Meteorological Organization mengatakan, lubang ozon mulai membesar setiap Agustus, tepatnya pada awal musim semi di Antartika, dan mencapai puncaknya sekitar Oktober.

"Udaranya sudah berada di bawah minus 78 derajat Celcius, dan ini adalah suhu yang dibutuhkan untuk membentuk awan stratosfer. Dan ini proses yang cukup rumit," kata Nullis dalam pertemuan dengan PBB.

Baca Juga: Terpapar Covid-19, Donald Trump Justru Tulis Cuitan yang Menghebohkan di Twitter

Copernicus Atmospheric Monitoring Service mengatakan, energi dari Matahari yang naik di atas kutub melepaskan atom klorin dan brom yang aktif secara kimiawi ke dalam pusaran kutub. Proses ini dengan cepat menghancurkan molekul ozon dan menyebabkan lubang mudah terbentuk.

Diketahui, secara alami, ozon bereaksi dengan berbagai molekul yang mengandung nitrogen, hidrogen dan klorin.

Jumlah molekul-molekul tersebut sangatlah kecil sehingga tidak mengganggu kemelimpahan ozon di stratosfer. Kemelimpahan ozon akan terganggu oleh senyawa klorin dan bromin yang terdapat dalam bahan kimia pendingin buatan manusia (refrigeran), contohnya senyawa CFC yang mengandung klorin.

Baca Juga: Langkah Hengkangnya dari Demokrat Bukan Karena UU Ciptaker, Ferdinand: Saya Tak Mungkin Bertahan

Klorin yang terlepas dari CFC akan menguraikan ikatan O3, sehingga kerapatan lapisan ozon akan berkurang jika proses tersebut berlanjut.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x