Gelombang tinggi ini juga termasuk salah satu dampak dari La Nina, bahkan BMKG juga memperingati para petani.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengimbau petani menyesuaikan pola tanam dengan curah hujan tinggi akibat dampak la nina.
"Petani harus bisa menyesuaikan tanaman apa yang sesuai agar tidak gagal panen, karena kebanyakan air hujan sekitar 60 mm per bulan, maka perlu disusun strategi dan rencana dalam pola tanam," kata Dwi.
Ia menyampaikan hal tersebut usai panen cabai bersama dan penutupan Sekolah Lapang Iklim Operasional di Desa Kalimanggis, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung.
Baca Juga: Gunung Merapi Naik Status ke Siaga Level 3, Pemkab Sleman Terapkan Darurat Bencana
Dwikorita menyampaikan saat ini di Indonesia sedang menghadapi la nina, yaitu aliran massa udara basah akibat suhu muka air laut di Samudera Pasifik yang lebih dingin dan di Indonesia lebih hangat sehingga terjadi aliran massa udara basah dari Pasifik ke Indonesia.
Menurut dia dampaknya di Indonesia bervariasi dari segi tempat dan waktu, untuk bulan November 2020 hampir seluruh wilayah Indonesia terkena dampak berupa peningkatan curah hujan dalam satu bulan, khususnya di Jawa.
Kemudian bulan Desember 2020 sampai Februari 2021 akan berdampak di wilayah Indonesia bagian tengah, utara, dan bagian timur.***