Program Link and Match, Bentuk Dukungan Kemenperin Genjot SDM Industri Farmasi

- 22 Oktober 2020, 15:53 WIB
Ilustrasi produk industri farmasi.
Ilustrasi produk industri farmasi. /*/Pixabay/

PR TASIKMALAYA – Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) bagi calon pekerja harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.

Bukan hanya sekedar teori dan materi, dalam segi kemampuan hardskill dan softskill memegang peranan penting dalam dunia perusahaan.

Dengan demikian diperlukan adanya penyesuaian antara calon pekerja dengan perusahaan agar tidak terjadi kesenjangan skill. Maka untuk mepersempit kesenjangan itu, Kemenperin mengeluarkan program link and match.

Baca Juga: Pewaris Grup Samsung Jay Y. Lee Diduga Lakukan Manipulasi Saham, Pengacara: Dakwaan Tidak Adil

Merupakan bagian dari program tersebut, Kemenperin memfasilitasi kerja sama vokasi antara PT. Kalbe Farma Tbk dengan tiga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk membina para siswa melalui fasilitas pendidikan yang dimiliki perusahaan.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, EKO S.A. Cahyanto di Jakarta pada Kamis, 22 Oktober 2020.

“Kami sangat mengapresiasi dukungan perushaan terhadap pengembangan SDM kompeten, adaptif dan inovatif yang dapat memenangkan persaingan di dunia industri,” ungkap EKO S.A. Cahyanto.

Program link and match antara sekolah vokasi industri dengan perusahaan manufaktur dan kawasan industri telah dijalankan Kemenperin sejak tahun 2017.

Baca Juga: ShopeePay Perkuat Keamanan Akun Pengguna dengan Rekognisi Wajah dan Sidik Jari

Melalui program tersebut, Kemenperin telah memitrakan 2.612 SMK dengan 885 perushaan dari berbagai sektor industri dengan total 4.997 perjanjian kerja sama.

Menurut Eko, program link and match merupakan tindak lanjut dari Instruksi Presiden (Inpres) 9 Tahun 2016 tentang revitalisasi SMK.

Dalam mendukung program vokasi yang link and match dengan industri farmasi, PT. Kalbe Farma melalui Kalbe Learning Centre (KLC) mendesain bentuk pembelajaran bagi siswa SMK dengan materi basic technical skill dan softskill yang diberikan secara online.

“Untuk memperdalam materi, akan diberikan pelaksaan praktik kerja bagi siswa dan tenaga pendidik atau pelatih yang dilaksanakan langsung di KLC mulai November 2020,” ujar Micha Catur Frimanto selaku Kepala Kalbe Learning Centre.

Baca Juga: BNN Musnahkan Ribuan Kilogram Ganja, Kapolda Banten: 2 Juta Warga Terselamatkan

Dirinya mengatakan, kerja sama melalui program vokasi merupakan kontribusi PT. Kalbe Farma Tbk untuk pengembangan sumber daya kompeten dalam rangka menghasilkan mutu dan produk berkualitas.

Lebih lanjut, Ia menyebutkan, KLC menjadi jembatan penghubung antara lulusan SMK dengan seluruh manufaktur farmasi Kalbe dalam mempersiapkan basic competency dan attitude yang dipersyaratkan untuk bekerja di perusahaan farmasi.

Program link and match diharapkan dapat mengurangi kesenjangan skill yang dimiliki oleh lulusan SMK dengan yang dibutuhkan oleh industri.

“Dengan adanya program ini, diharapkan persentase daya serap industri untuk lulusan SMK dapat meningkat.

Di samping itu, pemerintah melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 tahun 2019 dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 128 Tahun 2019 telah menyiapkan insentif super tax deduction.

Baca Juga: Perangi Narkoba di Dua Negara, Dubes Priyo Iswanto Terima Penghargaan dari Kepolisian Kolombia

Insentif itu berupa pengurangan penghasilan bruto sebesar 200 persen dari biaya yang dikeluarkan perusahaan industri sebagai insentif bagi perusahaan yang berperan aktif dalam pengembangan pendidikan vokasi.

Selanjutnya, Kepala BPSDMI Kemenperin menambahkan, pihaknya berharap PT. Kalbe Farma Tbk melalui KLC dapat bekerja sama dengan lebih bayak SMK untuk melakukan pembinaan dan pengembangan siswa.

Dengan demikian, diharapkan dapat terbangun SDM unggul bidang farmasi yang mendukung prokdutifitas dan daya saing sektor tersebut.

“Terlebih, saat ini industri farmasi menjadi salah satu program prioritas dalam Making Indonesia 4.0,” tutur Eko.

Baca Juga: KH Abdullah Syukri Meninggal Dunia, Fachrul Razi: Indonesia Kehilangan Sosok Istikaman Membina Umat

Industri farmasi dan alat kesehatan merupakan dua sektor yang ditambahkan dalam prioritas penerapan peta jalan Making Indonesia 4.0.

Hal ini karena pemerintah memandang kedua sektor tersebut perlu dioptimalkan dan menjadi mandiri.

Sebelumnya, telah ditetapkan lima sektor manufaktur sebagai prioritas pengembangan Industri 4.0 yakni industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri kimia, industri otomotif, serta industri elektronika.

Sebagai tindak lanjut program link and match, Kemenperin telah melakukan penyelarasan kurikulum bagi 35 kompetensi keahlian yang terkait sektor industri.

“Selain itu, kami telah melakukan peningkatan kompetensi guru SMK bidang produktif melalui pelatihan dan magang sebanyak 3.964 guru,” lanjutnya.

Baca Juga: Gandeng Indonesia, Pompeo: Kerjasama untuk Gagalkan Ancaman Partai Komunis Tiongkok

Masih melalui program tersebut, pada tahun 2019 Kemenperin memberikan bantuan 70 mesin Computer Numerical Control (CNC) kepada 70 SMK di wiayah Jawa dan Sumatera.

Kemernperin juga telah menyipakan tenaga silver expert yang sebelumnya merupakan praktisi industri. Dimana mereka telah memperoleh pelatihan pedagogi dan tersertifikasi internasional untuk memberikan training for trainers di tempat kerja (In Company Training).***

Editor: Tita Salsabila

Sumber: Kemenperin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x