Wamen BUMN: Manfaatkan Momen Covid-19 untuk Restrukturisasi Garuda Indonesia Secara Menyeluruh

- 20 Oktober 2020, 21:08 WIB
Ilustrasi pesawat Garuda Indonesia.
Ilustrasi pesawat Garuda Indonesia. /INSTAGRAM/@garuda.indonesia

PR TASIKMALAYA - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara II, Kartika Wirjoatmodjo, mengatakan permasalahan dari maskapai Garuda Indonesia yang pernah terjadi harus segera diselesaikan.

Tiko sapaan akrabnya mengatakan, pandemi Covid-19 ini harus dijadikan momentum oleh maskapai pelat merah itu untuk merubah agar menjadi perusahaan yang lebih baik.

Menurutnya, masalah Garuda Indonesia dimasa lalu adalah mahalnya leasing pesawat.

Baca Juga: Aksi Tolak Ombibus Law Patuhi Protokol Kesehatan, Para Buruh Demo Buat Formasi 'Jaga Jarak'

"Misalnya, Garuda sebagai contoh, kita akan memanfaatkan momen Covid ini untuk merestrukturisasi Garuda secara menyeluruh. Garuda kita tahu punya penyakit masa lalu, yaitu mahalnya leasing pesawat di masa lalu," kata Tiko dalam webinar online, Selasa (20/10/2020).

Tiko menuturkan, saat ini pihaknya tengah berupaya melakukan renegoisasi kontrak dengan para leasing pesawat Garuda Indonesia. Sebab, Garuda Indonesia diketahui membeli pesawat dengan harga di atas harga pasaran.

"Garuda kita lakukan penyelamatan dan melakukan renegoisasi kontrak dan negoisasi beban keuangannya, realokasi rute-rute dan pesawatnya, sehingga diharapkan pasca-Covid nanti Garuda sehat dibandingkan Garuda sebelum Covid," tuturnya.

Baca Juga: Vaksin 3M’ Dapat Cegah Covid-19, Tapi Jangan Lupa Terapkan 3K jaga Psikologi tetap Aman

Sebagaimana diberitakan WartaEkomoni.co.id, Mantan Direktur Utama Bank Mandiri itu mengatakan, pandemi Covid-19 ini memiliki dampak negatif dan juga positif bagi BUMN.

"Saya rasa Covid ini antara tantangan dan peluang. Ada yang terdampak dan harus diperbaiki. Namun, juga membuka peluang-peluang baru untuk melakukan perbaikan, inovasi, dan pertumbuhan ke depan," kata Tiko.

Seperti diketahui, maskapai penerbangan pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menyatakan kondisi keuangan yang pelik imbas dari pandemi virus corona (Covid-19) dan menyebabkan utang Garuda Indonesia yang menggunung.

Baca Juga: Tolak Pendaratan Pesawat Pengawas AS, Indonesia Tak Ingin Memihak dalam Konfliknya dengan Tiongkok

Pinjaman Garuda per 1 Juli 2020 sudah mencapai 2,2 miliar dolar AS atau Rp31,9 triliun (kurs Rp14.500 per dollar AS). Untuk membayar utang yang akan jatuh tempo, Garuda membutuhkan dana segar karena arus kas (cash flow) yang tersisa di perusahaan hanya 14,5 juta dolar AS atau Rp210 miliar.

Selain gaji karyawan serta pembayaran cicilan pinjaman pokok dan bunga, beban lain yang cukup memberatkan arus kas Garuda Indonesia yakni biaya sewa pesawat kepada perusahaan leasing pesawat (lessor).

Pada (14/7/2020), saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Selasa, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, total biaya sewa yang disetorkan perseroan kepada lessor setiap bulannya berkisar 70 juta dolar AS atau Rp1,02 triliun (kurs Rp14.573).

Baca Juga: Djoko Tjandra Tertidur saat Sidang Virtual, Majelis Hakim: Jangan Tidur, Dengarakan!

Irfan mengaku sampai mengancam perusahaan leasing pesawat jika tak kunjung menyetujui restrukturisasi sewa pesawat di tengah pandemi Covid-19 ini.

"Diskusi kita dengan lessor hampir 3 bulan, kita diskusi apapun sampai kita mengancamlah istilahnya. 'Kalau lo enggak mau ngikutin gue, ambil aja lah itu pesawatnya'," kata Irfan, Selasa (14/7/2020).*** (Mochamad Rizky Fauzan / Warta Ekonomi)

Editor: Tita Salsabila

Sumber: Warta Ekonomi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x