Bansos Tidak Hanya Untungkan Penerima, Mensos: Banyak Gerakkan Industri

- 17 Oktober 2020, 19:15 WIB
Penyaluran Bansos kepada penerima.
Penyaluran Bansos kepada penerima. /*/Instagram.com/kemensosri/

PR TASIKMALAYA – Pemberian bantuan sosial kepada masyarkat yang terdampak Covid-19 terus disalurkan oleh pemerintah.

Bantuan yang diberikan diantaranya Bantuan Langsung Tunia (BLT) dan sembako.

Sebelum Covid-19, bantuan sosial ini telah ada dan digulirkan oleh pemerintah dalam Program Keluarga Harapan (PKH) setiap bulannya.

Baca Juga: Tak Masalah Disebut Kardun, Gatot Nurmantyo: Selalu Saya Terima

Adapun tanggapan dari Menteri Sosial (Mensos) Juliari P. Batubara mengenai program bantuan ini memiliki efek posistif terhadap industri penyedia bansos, bukan hanya penerima.

Lebih lanjut, Menteri Sosial Juliari P. Batu Bara menegaskan hadirnya program bansos tidak memicu sifat konsumtif pada masyarakat.

Ia meminta agar tidak melihat dari seremoni penyerahan bansos kepada masyarkat terdampak pandemi Covid-19.

Karena sebenarnya, bansos yang menyasar puluhan juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di seluruh Indonesia sangat efektif menggerakan roda perekonomian dari hulu ke hilir.

Baca Juga: Ingin Berlibur di Masa New Norma? Berikut 8 Tips yang Harus Diperhatikan

“Jangan hanya dilihat dari kegiatan penyalurannya. Tapi di situ ada begitu banyak industri yang digerakkan yang tentunya memberi kemanfaatan ekonomi bagi begitu banyak elemen masyarakat. Tidak hanya PKM,” ujar Mensos pada Jumat, 16 Oktober 2020, dikutip Tasikmalaya.Pikiran-Rakyat.com dalam rilisnya.

Bansos sembako sebagian Bansos Khusus untuk menangani Covid-19, misalnya terdiri dari beras, ikan kaleng, minyak goreng, dan mie instan.

“Yang artinya, setidaknya terdapat empat industri terdampak positif dari hadirnya bansos,” jelas Mensos Juliari.

Bansos khusus lainnya, bantuan sosial tunai (BST) diberikan setiap bulan selama tiga bulan kepada sembilan juga KPM dinilai efektif untuk menjaga daya beli masyarakat di tengah kondisi krisis yang timbul akibat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan.

Baca Juga: Serikat Pekerja Dinilai Tidak Sesuai Untuk Satpam, Polri Usul Bentuk Ikatan

“Ada produsen ikan kaleng di Banyuwangi yang kesulitan mencari karyawan saking tingginya permintaan untuk bansos. Bahkan, saya pernah dikomplain pengusaha beras yang harganya naik gara-gara banyak order dari bansos,” lanjutnya.

Di samping itu, Juliari mencatat, mewabahnya pandemi Covid-19 di Indonesia, menunjukan sifat asli masyarakat Indonesia, yakni saling berbagi dan setia kawan.

Arus bantuan tidak hanya berasal dari pemerintah, tapi juga sektor korporasi hingga perorangan berlomba untuk berbagi.

“Saya berharap sifat kesetiakawanan sosial ini jangan cuma pada saat bencana saja, tapi juga pada saat kondisi normal,” tandasnya.

Baca Juga: Berhasil Menang Pemilu Selandia Baru, PM Jacinda Ardern : Perubahan Bersejarah

Bansos regular terdiri dari Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Non Tunai (BNPT)/Program Sembako.

Dalam rangka penanganan Covid-19, Bansos PKH diperluas kepesertaannya dari 9,2 juta menjadi 10 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang semula menerima per tiga bulan menjadi setiap bulan.

Program Sembako (Bantuan Pangan Non Tunai/BNPT) ada perluasan target dan peningkatan indeks dari semula 15,2 juta KPM menjadi 20 juta KPM, dengan ineks dari Rp150.000/KPM/bulan menjadi Rp200.000/KPM/bulan.

Baca Juga: Aksi Penolakan Omnibus Law Rusuh, Polda Jabar Telusuri Aliran Dana KAMI

Untuk Bansos Tambahan, diluncurkan Bansos Beras (BSB) untuk 10 juta KPM PKH, dan Bansos Uang Tunai untuk KPM BNPT/Program Sembako Non PKH dengan indeks Rp500 ribu sekali salur kepada sembilan juta KPM.***

Editor: Tita Salsabila

Sumber: kemensos.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x