Selanjutnya pasca dicabutnya DOM pada 7 Agustus 1998, diketemukan pembantaian brutal yang terjadi di Beutong Ateuh. Dimana sekira 56 santri termasuk Teuku Bantaqiah dibunuh dengan cara ditembak sevara brutal oleh tentara Indonesia.
Dari sanalah akhirnya terbentuk adanya Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dari pihak masyarakat. Diprakarsai olej Hasan Tiro dan rekan-rekannya, dan bertempat tepat di Kabupaten Pidie. Sejalan dengan pemberantasan yang dilakukan pemerintah serta upaya perlawanan GAM, akhirnya tentara Indonesia merasa membutuhkan pos-pos militer bagi mereka di Aceh ini.
Dalam hal ini, salah satu pos yang terkenal paling mengerikan dan kejam adalah Pos Pattis Rumoh Geudong.
Pengungkapannya Terjadi di Masa Jabatan Wiranto
Setelah adanya peristiwa penganiayaan yang belum banyak terendus banyak orang di luar Aceh. Tepat saat adanya isu politik yang menyeruak. Karena ada perencanaan dicabutnya DOM pada tahun 1999.
Akhirnya di masa tersebut, tepat saat masa jabatan Wiranto, DOM resmi dicabut pengoperasiannya. Sebagaimana dikutip dari buku di atas, menyatakan bahwa sejak saat itulah pengungkapan pelanggaran HAM yang begitu berat ini mulai terungkap.
Rumoh Geudong Bukan Satu-satunya
Berangkat dari pembahasan mengenai pos-pos militer yang dibutuhkan di dataran Aceh. Menjadi bukti kuat juga adanya dugaan lain bahwa pelanggaran HAM yang berat ini tak hanya terjadi di Rumoh Geudong saja.
Baca Juga: Jadwal Liga Inggris Akhir Pekan Ini, Ada Manchester United vs West Ham United
Sebagaimana disimpulkan sumber dari buku di atas, bahwa Rumoh Geudong hanyalah salah satu dari puluhan kamp atau pos militer tempat penyiksaan masyarakat dan pelanggaran HAM berat.***